I Found You My Angel

Harry Potter - J. K. Rowling
F/M
G
I Found You My Angel
All Chapters Forward

2. found you


Happy Reading

= I Found You My Angel =

 Ichadray


.

.

.

Pemuda bersurai hitam berantakan yang memang ciri khasnya itu tersenyum manis membuat beberapa orang yang berada di ruangan tertutup itu sedikit tertegun, dirinya yang merupakan seorang Veela menjadikannya sebagai pusat perhatian akan pesonanya ditambah dengan aura kebahagiaan yang terpancar di sana.

Harry Potter, pangeran kerajaan Gryffindor yang menjadikan banyaknya pasang mata menoleh kearahnya itu tengah bahagia pasalnya ia bisa membuat patronusnya sendiri menggunakan kekuatan magisnya. Di saat semua orang yang mengikuti kelas Professor Lupin masih kesulitan membuat sihir dari kenangan bahagia itu, dengan cepat Harry bisa menguasai menggunakan jemarinya, meski baru berupa percikan cahaya putih keperakan. Bahkan Hermione yang selalu terdepan dalam hal apapun sedikit heran dan kesal mengetahuinya.

"Bagus Harry! Bagus.. kau tinggal berlatih menyempurnakannya!" Ucap Prof.Lupin selaku guru pertahanan terhadap ilmu hitam mereka melangkah mendekat sembari bertepuk tangan, melihat Harry yang memudarkan sihirnya lalu berbinar semangat. Hermione, Ron dan beberapa anak Duke kerajaan lain yang terus berusaha keras mendengus karena belum bisa menciptakannya berjalan mendekat ke arah Harry dan Professor Lupin, kagum dengan Pangeran kerajaan mereka yang selalu menjadi pusat perhatian.

"Baiklah, kelas berakhir sampai di sini. Kalian bisa melatih energi sihir kalian masing-masing, ingat mantranya?! Sampai jumpa minggu depan!" Lanjut Prof.Lupin membubarkan kelas dan dan diangguki oleh yang lainnya berjalan keluar.

"Oh Harry, bisa bicara sebentar?!" Setop Prof.Lupin menghentikan Harry. Hermione melirik sebentar dan mengatakan bahwa ia dan Ron akan menunggu di luar.

Harry mendekat, duduk menghadap guru pengajarnya tentang penangkalan sihir gelap yang bernama Remus Lupin itu bingung. Tak biasanya Professor yang mempunyai wujud magis Serigala ini memanggilnya secara pribadi sesudah kelas.

Remus meletakan beberapa coklat di atas meja, menawarkan Harry akan kelezatan dari rasa yang lumer di dalamnya. Harry tersenyum dan mengambil sebatang coklat, sungguh jika ada makanan paling enak di dunia maka ia akan membuat list dengan coklatlah yang pertama kali terpampang jelas.

"Harry, kau tau kan wujud magismu adalah Veela?" Tanya Prof.Lupin mulai serius. Menyadari situasi yang mulai memberat, Harry sedikit tegang dan mengangguk samar.

"Dan kau sadar jika energi sihir mu itu terlalu besar membuatmu menjadi pusat perhatian?" Lanjutnya membuat Harry menautkan alisnya heran.

"Maksud Professor?" Tanya balik Harry tak mengerti. Jika yang dimaksud Remus adalah ia yang menjadi pusat perhatian karena statusnya berupa pangeran, harusnya hal ini tak perlu di tanya bukan?

Remus menghela nafas berat, menatap pemuda yang menjadi muridnya selama 6 tahun belakangan.
"Dengar Harry, kau mempunyai wujud sepenuhnya Veela. Itu artinya aura dari residu sihir yang ada di tubuhmu akan semakin meningkat sesuai dengan usiamu. Mengingat jika energi setengah Veela seperti ibumu saja begitu berpengaruh, lalu bagaimana dengan dirimu yang benar-benar seorang Veela?! Jadi akan lebih baik jika kau bisa menahan energi sihirmu." Jawab Remus menjelaskan. Akan berbahaya jika Harry bisa kelepasan dengan energi sihirnya. Selain karena hal itu memikat banyak orang di sekeliling, energi yang berlebihan tanpa bisa dikontrol akan melukai pemiliknya.

"Aku berusaha untuk itu Professor, tapi sangat sulit menahannya untuk tidak menyebar." Balas Harry murung, pasalnya ia sudah sering berlatih untuk menekan energi magisnya bersama dua temannya di meadow namun sama sekali tak berhasil.

"Apa sayapmu masih transparan?" Remus bertanya dengan hati-hati. Residu sihir yang Harry keluarkan memang terlalu memikat. Ia khawatir jika dibiarkan terus menerus, entah apa yang akan terjadi pada Harry melihat banyaknya pasang mata lapar yang tertuju padanya saat kelas berlangsung tadi. Well.. kecuali jika Harry sudah memiliki mate, maka energi sihirnya kemungkinan besar bisa tertahan.

"Masih, bentuknya masih seperti Pixie. Apa ada yang salah Professor?" Harry menatap cemas. Terakhir kali ia mengeluarkan wujud magisnya bersama Ron dan Hermione ia masih ingat jika sayap yang ada di punggungnya layaknya Pixie namun masih transparan.

Remus menunjukan wajah terkesan, mengatakan secara verbal jika itu bukanlah sebuah masalah. Sebisa mungkin menutupi raut khawatir agar anak dari sahabatnya, James ini tidak panik ataupun merasa cemas.

"Tidak Harry. Biarkan Veela dalam dirimu berkembang, ku pikir Lily sudah mengajarimu mantranya? Hanya nanti, bagaimana pun perkembangan wujud magismu.. kau harus segera memberitahuku. Tapi sekarang fokuslah untuk menekan energi sihirmu agar tidak menyebar, kau bisa dalam bahaya jika residu sihirmu membuat orang lain kehilangan kendali." Ucap Remus tenang, memperingatkan Harry agar bisa menekan energinya karena ia merasa semakin Harry mendapatkan ilmu sihir atau pun semakin bertambahnya usia, aura sihir yang Harry keluarkan semakin bertambah. Bahkan dirinya sendiri yang berwujud magis serigala dengan penciuman yang tajam harus menekan sihirnya saat pemuda yang menjadi Pangeran kerajaan mereka ini tanpa sengaja mengeluarkan energi Veelanya.

"Baiklah Professor. Apa ada yang lain?"
Emerald itu menunjukan kilauan cemas, ia melirik perapian yang menyala mengeluarkan api di sudut ruangan. Inilah yang paling membuat Harry merasa menyesal mempunyai wujud magis Veela, terlepas dari energi sihirnya yang selalu keluar tak terkendali membuat banyak orang menatapnya tertarik, ia yang seorang laki-laki merasa jika hal ini sangat merepotkan. Hell.. siapa yang ingin melihat tatapan lapar para pria itu?

Harry mengingat saat ia pertama kali mengeluarkan wujud magisnya semua orang disekelilingnya seolah tersihir karena terpesona, untunglah Ibunya bisa mengendalikan energi yang menguar. Hingga beberapa tahun berlalu, sihir yang Harry keluarkan semakin besar dan kini Professor Lupin lah yang selalu bisa menekan residunya meski hanya sedikit.

Remus terdiam sedikit berfikir, namun ia menggeleng pelan dan memperbolehkan Harry keluar menemui dua temannya.

Harry menghela nafas pelan dan tersenyum, melihat Ron dan Hermione yang menunggunya di luar terlihat tengah berbincang atau bertengkar? Oh betapa sepasang mate itu sangat serasi.

"Harry.." Hermione menoleh, menghentikan mulutnya yang terus berbicara saat Ron memanggil Harry yang berjalan mendekat.

"Bagaimana? Apa yang Professor Lupin katakan?" Tanya Hermione begitu mereka bertiga menyusuri jalan.

"Hanya mengatakan untuk menekan energi sihirku." Jawab Harry pelan.

"Harry, Prof.Lupin benar. Kau tau, para anak Duke itu selalu menatapmu bagaikan santapan!" Ron menimpali, berjalan beriringan bersama Harry dan soulmatenya, Hermione.

"Tapi tenang Harry, setidaknya mereka tak berani menyentuhmu. Energi sihirmu mungkin memang menarik, tapi mereka benar-benar harus kuat untuk bisa mendekatimu. Well.. tentu karena ada kami dan kau juga merupakan seorang Pangeran." Lanjut Ron terkekeh pelan. Residu sihir Harry memang menawan, tapi itu tidak berlaku pada orang yang sudah memiliki mate atau pasangan seperti mereka.

"Diamlah Ron! .. Harry, sebaiknya kita ke meadow sekarang." Potong Hermione mendelik pada Ron. Harry terkekeh, ia mengubah pakaiannya yang mewah menjadi sederhana agar tak dikenali orang dan melanjutkan jalan, menuju bagian belakang istana secara diam-diam untuk ke meadow, tempat rahasia mereka berlatih.

.

I Found You My Angel

ICHADRAY

.

.

Hamparan padang rumput yang luas dengan semilir angin menyapa tiga orang yang mulai keluar dari portal itu perlahan. Harry, Ron dan Hermione selalu dibuat kagum dengan apa yang tersaji di hadapan mereka. Hembusan sang angin membuat rerumputan bergoyang seolah melambai menyambut pun beserta bunga-bunga yang membuat manik mendecak sempurna.

"Aku masih tak percaya kita bisa menemukan tempat ini." Ucap Ron setengah sadar. Hermione mengangguk setuju dan meletakan beberapa alat mereka di bawah pohon Ek tak jauh dari sana.

"Aneh, tempat ini dekat hutan terlarang jika dilihat dari banyaknya rimbunan pohon Lintau dan semak yang menutupi. Tapi saat aku melihat peta, wilayah ini tak ada di dalamnya. Entah apa aku kurang teliti atau tempat ini benar-benar tersembunyi." Hermione menatap sekeliling sembari mengeluarkan tongkat sihirnya merapalkan mantra pelindung. Meski dapat ia rasakan tempat yang mereka pijaki mempunyai pelindung tersendiri, tapi tak ada salahnya berjaga-jaga bukan?!

"Kau berlebihan Mione, tak ada yang salah dengan tempat ini. Well.. kecuali sihir yang entah dari mana berasal melindungi kawasan ini hingga monster diluar tak kemari." Balas Ron setengah bercanda membuat wanita yang menyandang gelar karena pintar itu mendelik berniat membalas sebelum suara dentingan kecil menghentikannya.

Seekor pixie, atau yang biasa dikenali sebagai peri, terbang ke arah Hermione lalu beralih bergerak memutar mengelilingi Harry dan mencium pipinya , membuat Pangeran dengan wujud Veela itu terkekeh gemas.

"Hai Rosetta. Bagaimana kabarmu?" Tanya Harry memberikan salam pada pixie, peri taman bernama 'Rosetta' itu yang tengah duduk di jari telunjuknya.

Cling.. cling...

"Baik? Apa? Tink berulah lagi? Bagaimana bisa dia menghancurkan batu bulan? Sekarang sudah terkendali? Baguslah.."

Ron dan Hermione menatap penasaran, menyaksikan Harry yang asyik mengobrol dengan Pixie yang hanya bisa mereka dengar mengeluarkan bunyi lonceng berdenting.
"Harry, apa yang dia bicarakan?" Hermione mendekat, masih merasa kagum dengan kemampuan sahabatnya ini yang bisa mengerti bahasa peri. Pixie yang memakai gaun bunga berwarna pink itu tersenyum pada Hermione dan mengelilinginya sebentar, sedikit menarik rambut semaknya lalu hinggap di bahunya, dentingan layaknya bel kecil terdengar seolah ia mengatakan sesuatu.

"Oh dia mengatakan agar kau.. emm.. sedikit merapikan rambutmu?" Jawab Harry gugup melirik Hermione yang melotot kesal.

"Ma-maksudku.. Rosetta mengatakan bahwa dia membawa teman." Ralat Harry, sadar jika ucapannya barusan bisa membuat Hermione marah karena mengoreksi penampilannya.
Ron menahan tawanya dan pixie yang berada di bahu Hermione terbang menjauh setelah berdentingan yang Harry tau sedang tertawa.

"Baiklah Harry, kita bisa mulai melatih kemampuan sihirmu." Hermione mendengus, masih sempat memukul Ron yang tertawa di sampingnya. Harry mengangguk dan sedikit menjauh, memfokuskan konsentrasinya pada energi sihirnya untuk berubah menjadi Veela sepenuhnya. Sedangkan Ron dan Hermione melatih kemampuan berpedang dan memanah mereka.


Pemuda bermanik emerlad itu memejamkan matanya, sedikit mengangkat tangan untuk merasakan aliran darahnya yang berdesir hangat begitu residu sihir dari meadow menyatu pada tubuhnya. Merasakan rangsangan dari saraf-saraf tubuhnya berkontraksi sedemikian rupa membentuk sebuah energi, Harry berpikir jika energi sihirnya mulai terkumpul dan menguar ke sekeliling tanpa bisa ia tahan. Hembusan angin dan energi alam seolah menyatu membuatnya perlahan mengeluarkan sayap, rasa sakit di punggungnya saat ia mengeluarkan sayap layaknya pixie membuat Harry sedikit meringis. Membuka mata, dapat Harry lihat jika kedua temannya memanggil dan menatap ia cemas dari bawah sana. Kenapa ia tak menyadari bahwa ia terbang?

Harry menggerakan sayap transparannya turun, membuat residu sihir di sekeliling menguar. Bahkan ia bisa merasakan energi besar dalam dirinya pecah menyebar. Ron dan Hermione terkesiap, sangat sulit mengalihkan tatapan dan menahan keinginan kuat mereka pada Harry yang berwujud magis Veela sekalipun mereka adalah sepasang mate yang harusnya tak terpesona.

Harry terus berkonsentrasi, berusaha menahan energi sihirnya menggunakan mantra yang sudah ia pelajari sampai suara lengkingan Kuda memecah fokusnya. Pemuda yang menjadi Pangeran kerajaan Gryffindor itu memudarkan sihir, membuatnya kembali seperti biasa tanpa residu yang lebih memikat. Sayap transparannya masih melekat di punggung begitu seekor Unicorn bersurai emas memekik senang menghampirinya.

"Wow! Seekor Unicorn?!" Ron berdecak kagum melihat Unicorn yang di tunggangi oleh Pixie di atasnya.

"Harry, bagaimana bisa..." timpal Hermione tak percaya, tangannya bergetar gugup mengelus leher Unicorn yang mendengus senang ke arahnya.

Harry terkikik geli saat pixie yang bernama Rosetta itu memutarinya, berdenting senang melihat wujud Harry yang menyerupai peri layaknya mereka.

Cling.. kling..

"Jadi ini temanmu Rosetta? Huh? Magis? Namanya Orion? Begitu..." Harry berbicara pelan, bercakap pada Pixie yang hinggap di atas surainya yang berantakan, sesekali menariknya seolah ingin merapikan.

"Harry, kami tau kau bisa bicara bahasa pixie karena kau memang satu filum dengan mereka. Tapi hei.. masih ada kami ingat?! Kau mau terus mengobrol dengan peri itu tanpa menjelaskan apapun?!" Hermione mendengus, dan Ron mencoba meraih surai sang Unicorn seperti yang Hermione lakukan.

"Ah maaf Mione. Ini Unicorn temannya Rosetta, dia makhluk magis yang bersembunyi di hutan terlarang dan namanya Orion. Dia penasaran pada energi sihirku dan mencoba mendekat." Ucap Harry menjelaskan mewakili Pixie yang berdentingan. Unicorn itu hanya mendengus menyetujui.

Manik almond Hermione berbinar, ia akan mencoba penelitiannya tentang Unicorn yang bersembunyi di hutan terlarang. Unicorn ini indah, dengan tanduk mungil di keningnya, surai lembut keemasan dan kulit yang putih. Di lihat dari sisi manapun sepertinya Unicorn ini masih terbilang anak-anak. Tubuhnya yang belum terlalu tinggi dan kulit yang kencang menunjukan demikian.

Sedangkan Ron hanya bisa melongo, berpikir bahwa makhluk magis ini juga mempunyai nama?

Harry tersenyum manis, sayapnya berkepak cepat dan itu membuat Pixie yang kini bersama dua temannya itu mengalihkan atensi. Emerald cerahnya mengedip semangat saat dentingan yang mengatakan akan membantunya menyempurnakan energi sihir dalam tubuhnya. Harry mengatakan pada Ron dan Hermione untuk sedikit menjauh bersama Unicorn yang terus memekik senang karena ia akan mencoba sihirnya lagi.

Pixie yang bergaun bunga itu membimbing Harry untuk menutup matanya, kembali fokus pada aliran sihirnya yang berdarah Veela. Harry mengikuti, membaca beberapa mantra untuk menekan energi sihirnya dan melepaskan kekuatan. Ia kembali merasakan energi alam menyatu pada tubuhnya. Mengalir bersamaan membentuk residu yang memabukan, belaian angin dan sesuatu menyentuh, melebur ke sayapnya menimbulkan rasa hangat, bahkan rasa sakit di punggungnya terabaikan begitu saja. Membuka mata, dapat Harry lihat dua temannya bertepuk tangan menatap terpesona dan seekor Unicorn bernama Orion itu memekik dan berkeliling senang, pun Pixie yang membantu menggunakan bubuk terbangnya berdenting semangat.

Harry berpijak pada sebatang akar pohon Ek di sana, merasakan belaian angin pada wajahnya seolah ingin berkenalan. Beberapa hewan kecil mendekat dan membuatnya menarik senyum lebar. Residu sihirnya menguar hangat, bunga-bunga yang mekar disertai lambaian rerumputan dan juntaian ranting bergerak berirama. Harry baru saja akan melepas kekuatannya begitu suara sesuatu yang jatuh terdengar dari arah semak tak jauh dari mereka.

.
.

I Found You My Angel

ichadray
.

.

Sepasang emerald bertabrakan dengan kelabu, masing-masing terkesiap dengan keindahan dan tenggelam seolah tanpa dasar. Draco berdiri tegap, masih menatap kagum terpesona pada seorang pemuda yang memiliki warna mata yang hijau cerah.

"Siapa kau! Apa yang kau lakukan di sini?!" Ron yang pertama kali membuka suara, pedang yang tersampir di pinggangnya terangkat menunjukan kewaspadaan pun bersamaan seorang wanita yang menyodorkan tongkat.

Draco menatap terkesan, ia melangkah mendekat membuat Ron dan Hermione memincing tajam, heran kenapa tak mengetahui ada orang lain di sekitar mereka.

"Oh, maafkan kelancanganku. Aku hanya pengembara yang tersesat." Ucap Draco membungkukan sedikit badan tanpa mengalihkan tatapan pada sepasang zamrud di sana, ia sedikit berjaga-jaga jika identitasnya diketahui. Mereka orang asing dan ia pangeran.. setidaknya berpura-pura menjadi pengembara bisa meminimalisir kekacauan.

"Ron.. Mione.. itu tidak sopan. Letakan kembali pedang dan tongkat kalian." Halang Harry pada kedua temannya yang malah semakin waspada.

"Harry, dia terlihat mencurigakan!" Balas Ron memicingkan matanya.

"Kau tau, ini hutan terlarang. Bagaimana dia bisa sampai kemari?!" Hermione dengan tongkat sihirnya menatap curiga.

"Ron.. Mione.." peringat Harry datar. Hingga sadar tak ada tanda-tanda bahwa pemuda yang berpakaian layaknya pengawal dengan surai platina itu untuk menyerang, mereka menurunkan tangan. Meski masih terlihat jelas dimanik masing-masing yang mengatakan 'kami mengawasimu' dari sana.

Harry menghela nafas dan tersenyum, ia sudah mengembalikan wujud magisnya tadi.
"Maaf untuk kedua temanku. Em.. apa kau baik-baik saja?" Harry mendekat, menanyakan keadaan pemuda tampan yang tadi sempat terjatuh dari balik semak-semak. Surai pirang platina, wajah arsitokrat yang melekat dengan sepasang bola mata silver kebiruan yang memukau dan tubuh tinggi yang tegap. Tanpa sadar Harry merona memperhatikannya, ia bahkan tak mempunyai tubuh sebagus itu.

"Baik terimakasih, oh perkenalkan. Namaku Draco." Draco tersenyum tipis dan mengulurkan tangan, masih terpukau akan apa yang ia lihat sendari tadi.

"Harry. Harry Potter. Dan ini Ron, Hermione," balas Harry menjabat tangan, memperkenalkan diri sekaligus pada kedua temannya yang terus menatap Draco tajam.

Pekikan Unicorn dan dentingan bell mengaligkan semua orang di sana. Rosetta, peri cantik itu terbang mengelilingi Draco dan Harry. Membuat bubuk Pixienya menyebar seolah menyatukan energi, bahkan beberapa hewan kecil yang berada di dekat mereka kini mengelilingi.

Mengabaikan sekitar, Harry kembali pada pemuda yang ia ketahui bernama Draco ini.
"Bagaimana bisa kau tersesat Draco?" Harry kembali bertanya, membiarkan Pixie yang hinggap di bahunya itu menangkup pipi seperti mengagumi pemuda tinggi di depannya.

Draco menahan rasa senangnya menyadari namanya yang mempunyai arti Naga itu terucap lembut dari bibir tipis pemuda manis di depannya. Entah kenapa ia merasa jika energi sihir Harry seperti menarik dirinya dan itu terasa sangat menyenangkan.

"Aku tersesat di perjalanan saat akan menuju kerajaan Slytherin untuk menemui saudaraku. Dan, siapa kalian?" Jawab Draco tenang membuat ketiga orang di sana membelakan matanya gugup. Kenapa dengan reaksi mereka?

"S-slytherin? Apa kau dari sana!" Ron menghentak dan kembali menarik pedangnya. Pixie di bahu Harry terkejut bersamaan Unicorn yang memekik tak suka.

Draco menaikan sebelah alisnya heran, merasa pemuda bernama 'Ron' ini begitu bodoh tak memahami kalimatnya. Harry yang melihat itu menengahi, tersenyum maklum pada Draco yang menatap intens.

"Ron! Oh maaf sekali lagi. Ka-kami hanya penjaga keraj..-"

"Harry! Kau seorang pang.. awh.." ucapan Ron terpotong saat Harry menginjak kakinya keras sebagai balasan karena memotong pembicaraannya.

"Kami hanya penjaga kerajaan yang di tugaskan kemari." Harry menampilkan cengiran pada Draco yang menatap curiga, sedangkan Hermione hanya memutar bola matanya malas.

Sedikit mengangkat kepala hanya untuk menemukan manik silver di sana, Harry mendengus gugup, berharap perkataannya bisa dipercaya. Terlepas dari itu entah kenapa ia merasa hangat berdekatan dengan pemuda tampan di hadapannya, dan itu sedikit membuatnya memerah malu menyadarinya.
"Em.. kau hanya perlu menyusuri hutan ke arah barat. Di sana kau bisa temukan perbatasan kerajaan Slytherin." Harry mengalihkan dan menunjukan jalan, menunjuk arah yang bisa Draco lewati untuk bisa sampai perbatasan.

Draco tersenyum tipis, memilih untuk tak terlalu masuk dalam permasalahan. ia melirik Ron dan Hermione yang agak jauh dari mereka berdua tanpa melepas pengawasan padanya. Sebenarnya itu sedikit membuatnya tak nyaman, tapi dengan memandang emerald cerah di sertai senyuman manis di depannya, membuat Draco memilih untuk mengabaikan.

"Begitu? Baik terimakasih.. Harry." Balas Draco tersenyum menawan, aura sihirnya tanpa sadar menguar menarik energi sihir Harry.

"Em.. bukan masalah." Harry merona memalingkan muka melihat senyuman tampan pemuda di depannya, apa lagi saat namanya terucap serak oleh bibir yang penuh itu. Ada rasa senang dan energi sihirnya mengalir deras ke arah permukaan kulitnya, menyebar membuat bunga-bunga di sekitar terus bermekaran. Harry gugup, berharap Draco cepat pergi dan tidak menyadari residu sihirnya yang memberontak meraih sihir di sekitar mereka.

Dentingan dari Pixie kembali terdengar, mengelilingi Draco yang menaikan alisnya heran. Pasalnya Pixie ini berusaha mendorong bahunya untuk mendekati pemuda berkacamata di depannya pun dengan Unicorn yang memekik mencondongkan hidungnya mendorong Draco pelan.

"Woo... ada apa ini?" Heran Draco mempertahankan tubuhnya agar tak jatuh.

Cling.. kling..

Harry membulatkan matanya, Rosetta mengatakan sesuatu tentang energi sihir dan mating padanya yang Harry sendiri tak mengerti. Sampai pada dorongan kuat sang Unicorn membuat dua pemuda itu bertumbukan dan terjatuh.


"Harry!"

Hangat, sesuatu yang menempel padanya terasa hangat dan bagai puzzle yang tertata lengkap. Harry merasakan energi sihirnya pecah dan menyatu hangat membuatnya memerah malu menyadari posisinya yang terbaring di rerumputan tengah dipeluk seseorang. Wajah yang hampir saja menempel dan pekikan senang sang Unicorn yang berhasil dengan usahanya mendorong. Pixie yang berdenting gemas hingga hembusan angin yang menerbangkan kelopak bunga mengelilingi mereka. Harry menyalahkan kekuatannya yang terlepas begitu saja.

Draco tertegun, emerlad menatapnya hangat, wajah yang merona dan residu sihir yang memukau. Oh andai waktu bisa berhenti, ia akan terus menatap pemuda yang ada di bawahnya ini karena benar-benar manis. Tatapan kelabunya menusuri intens, rambut hitam yang teracak dan emerald yang cemerlang, rona samar di pipi, bibir pink mungil yang tergigit gugup. Betapa tampilan ini sangat menggemaskan! Apalagi dengan energi sihir yang menariknya untuk menyatu. Hal yang pertama kali Draco sadari bahwa ia.. jatuh cinta. Pada pemuda yang baru saja di temuinya.

Sebenarnya ia tak percaya akan love at the first sight yang selalu dibicarakan orang, tapi kali ini ia nyata mengalaminya dan itu membuat ribuan kupu-kupu seolah terbang dalam dirinya. Bagaimana bisa ada pemuda semanis ini ? Bagaimana energi sihirnya bisa menyatu dengan pas pada pemuda di bawahnya? Siapa pemuda ini? Lalu wujud magisnya? Oh banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya saat itu juga.

Tersadar, Draco menarik dirinya menjauh. Raut sedikit panik tampil di wajahnya melihat Harry yang meringis saat ia tak sengaja menggeser tubuhnya. Mengabaikan tatapan mengancam dua orang di sana, Draco menarik Harry pelan. Mempertemukan manik masing-masing yang canggung terlihat. Draco berdehem dan mengatakan ia akan pergi sekarang menuju Kerajaan Slytherin yang di tanggapi Harry dengan anggukan samar, masih memalingkan muka yang memerah.

"A-apa kita bisa bertemu lagi Harry?" Gumam Draco tak berharap di dengar oleh dua orang yang masih menatapnya tajam di kejauhan.

Harry melirik dan tersenyum, ia berdebar melihat pemuda yang ia ketahui seorang pengembara ini berniat ingin menemuinya lagi. Meski itu terdengar mustahil tapi Harry tetap mengangguk mengiyakan, hatinya berharap bisa memandang pemuda di depannya.

Draco bersiul memanggil kudanya lalu tersenyum, meraih tangan kanan Harry dan membungkuk tanpa mengalihkan tatapan pada bola mata hijau memukau di sana begitu kuda yang ia tunggangi sudah berada di sampingnya.

"Aku tau ini terlalu cepat, tapi.. sampai jumpa My Angel!" Bisik Draco mengecup punggung tangan Harry yang membelalakan matanya dengan wajah sepenuhnya merah.

Menghindari tatapan maut yang berasal dari dua orang di belakang tubuh Harry, Draco segera menaiki kudanya dan melaju menuju barat. Masih sempat menampilkan senyum menawan pada pemuda yang mematung memandangnya.

.
.
.
.

'I Found You My Angel'

ichadray

...

...

Tbc
__
_____

Ps : Peri di sini ica ganti pakai kata "Pixie" sesuai dengan aslinya di Harry Potter. Fic ini juga bukan gabungan dari dua fandom meski ica pakai nama 'Rossetta' yang ada di Tinker Bell... hanya agar imajinasi perinya seperti itu saja hehe ":3 //plakk...
Oh, dan untuk peri rumah macam Dobby itu beda lagi ya.. ica akan menggunakan 'House Elf' sebagai pengganti indonesia agar bisa membedakan.

~○~

Silahkan jejaknya jika berkenan..

 

Forward
Sign in to leave a review.