I Found You My Angel

Harry Potter - J. K. Rowling
F/M
G
I Found You My Angel
All Chapters Forward

Chapter 1

Title : I Found You My Angel

Pairing : Draco × Harry || Ron × Hermione

Rating : M 

Genre : Adventure, friendship, romantis, drama, mystery,.

Warning : AU. OOC. mpreg. Timeline medieval. Typo bertebaran, etc..

Disclaimer : Harry Potter kepunyaan J.K. Rowling.
Summary : bagaimana jika Harry Potter adalah seorang Veela? Rahasia dua kerajaan dan energi magis yang saling menarik membuat Harry terjebak dalam pesona seorang Draco Malfoy yang merupakan seorang Pangeran sama sepertinya! Lebih tepatnya adalah cinta pertamanya!
Masalah di mulai saat rahasia itu perlahan mulai terungkap dan Harry Potter menemukan bahwa ia tengah hamil?!

_
*
*
_________________________

*
*

Emerald itu menatap sekeliling. Semua sudah tertata rapi sebagaimana yang di harapan. Ruang yang cukup luas dengan sebagian besar terbuat oleh kaca tebal di dampingi tirai- tirai yang menjuntai menjadi penyejuk akan motifnya yang indah, sebuah sofa di atasnya bantal- bantal kecil menambahnya terlihat manis, rak- rak buku yang berjejer rapi, karpet bludru yang nyaman untuk di injak dan meja yang terhias dengan beberapa kue kering dan segelas coklat yang mengepulkan uap, lalu setelan musik klasik dari putaran piring hitam di sudut menjadikannya tempat yang tengah manik emerald itu lihat begitu elegan dan sempurna.

Menarik tersenyum, kaki jenjang melangkah ringan menuju salah satu rak dan menarik sebuah buku yang menarik perhatian kilau emerald di sana. Tersenyum senang, melihat sampul buku berwarna hitam lusuh yang tengah jemari lentik genggam. Kembali melangkah, kali ini sofa di tengah ruangan yang menjadi arah tujuan, duduk bersandar nyaman pada bantalan sebagai penyangga. Merilexkan tubuh, lalu mengusap depan lapisan buku usang dengan judul yang unik lalu membukanya perlahan.. mulai memfokuskan tatapan pada sebuah bacaan yang akan menemani menikmati waktu luang yang lumayan panjang.

___

Dahulu kala ada 2 kerajaan yang saling berdampingan dan hidup damai dari sebuah alam satuan melingkupi wilayah yang bernamakan Hogwarts, mereka hidup bahagia berdampingan dengan makhluk-makhluk sihir lainnya. Kerajaan pertama bernama Gryffindor dan kerajaan kedua bermana Slytherin. Jalinan kedua Raja yang ramah dan bijak membuat 2 kerajaan yang cukup berdekatan ini hidup makmur saling bersimbiosis mutualisme, bahkan kemakmuran dan kerja sama antar kerajaan yang besar itupun menuai beribu pujian dan kemenangan dari banyaknya wilayah-wilayah yang memperluas kerajaan keduanya.
...
Setidaknya itu beribu-ribu tahun yang lalu, sebelum penerus takhta dari masing-masing kerajaan mulai menanggalkan kepercayaan dan mementingkan ego untuk keuntungan diri sendiri.

Tidak tau siapa yang memulai, peperangan akhirnya di lakukan hanya untuk memperebutkan wilayah dari salah satu kerajaan yang tersendirinya begitu luas.. banyak korban yang meninggal dalam perang besar dua kerajaan yang semulanya bersahabat dekat dan entah apa yang terjadi setelahnya tak ada yang benar-benar memenangkan peperangan. Mau itu dari pihak kerajaan Gryffindor ataupun Slytherin tak ada yang bisa di katakan jelas, perang besar yang terlaksana berminggu-minggu itu tak menghasilkan apapun hingga kini yang tertanam adalah dua kerajaan itu memilih melupakan dan hidup seperti biasa meski perang dingin masih terus bersemayam sampai sekarang. Masing-masing Raja memutuskan untuk sedikit berdamai dan membuat sebuah perjanjian untuk tidak melewati wilayah antar kerajaan dengan pembatas ialah hutan terlarang.

Anehnya meski setiap kerajaan sudah berdamai dan pada akhirnya takhta turun pada Raja yang entah keberapa sekarang.. semua terasa sangat janggal. Ada banyak pertanyaan yang menghiasi setiap kali cerita sejarah itu terucap dari banyaknya bibir orang bicarakan dan salah satunya adalah tentang siapa yang memulai dan menghentikan perang Sampai cerita yang beredar akan sesuatu yang di sembunyikan masing-masing kerajaan. Tak ada yang tau pasti desas desus yang menyeret kedua belah pihak untuk saling menyerang ataupun tentang sebuah prediksi yang akan datang dari sang penguasa alam. Hingga saat ini masih menjadi misteri.. tak ada yang bisa menjelaskan dan semua makhluk sihir sepakat untuk melupakan kejadian mengerikan di masa lampau.

.

.

.

.

.

== I Found You My Angel ==

ichadray

.

.

.

.

.

__

"Pangeran.."

Kelopak mata itu mengerjap samar, mendengar suara yang memanggilnya terasa cukup dekat.

"Pangeran... Maha Ratu memberikan panggilan!"

Sang empu menegakan punggung, mulai sadar jika dirinya terlalu larut membaca sampai tertidur. Meletakan buku yang ada di tangan perlahan, bola mata hijau cerah menatap seorang pelayan yang memanggil sambil sedikit membungkuk hormat.

"Kenapa Mum memanggil?" Pertanyaan itu keluar saat tangannya tergerak merapikan penampilan yang sedikit kusut.

"Hamba tidak tahu Pangeran. Maha Ratu hanya mengatakan agar Pangeran keruangannya segera.." ucap pelayan yang masih menunduk hormat. Seorang yang di panggil mengangguk lalu bangkit, mengatakan pada pelayan untuk tidak menyentuh apapun dalam ruangan itu setelah ia membereskan makanan dan hal apapun yang terlihat berantakan.


Harry James Potter, seorang Pangeran manis dan menawan dari kerajaan Gryffindor yang merupakan seorang pewaris tunggal itu melangkah pelan menuju ruangan Ratu kerajaan yang sekaligus berpredikat sebagai sang Ibunda. Mengabaikan iringan dua orang prajurit di belakangnya yang memang sudah menjadi rutinitas mereka.


Sedikit menghela nafas, mengetuk pintu dan melangkah masuk.. seketika tatanan ruangan yang mewah dengan ukiran- ukiran rumit menyapa bersamaan dengan alat- alat yang terpanjang di sekitar. Itu merupakan ruangan Psite, ruangan yang di khususkan untuk keluarga kerajaan saja, hanya mereka keturunan kerajaan yang bisa memasukinya. Para pelayan dan penjaga yang ikut dengannya hanya menunggu di luar, memberikan waktu untuk sang Ratu bersama Pangeran berbincang.
"Mum?"


"Ah, my son Harry... kemari.. ada yang ingin Mum tunjukan..." jawaban lembut dari arah bagian kiri yang tertutup tirai terdengar. Lily James Potter, wanita cantik dengan surai coklat kemerahan yang indah itu membuat pemuda yang di panggil oleh semua orang dengan sebutan Pangeran Harry itu menoleh dan mendekat ke arah sang Ibunda yang tengah menggenggam sesuatu.

"Apa yang ingin Mum tunjukan ?" Tanya Harry menautkan alisnya penasaran, duduk berhadapan dengan wanita yang mempunyai warna mata yang sama seperti miliknya.

"Ini adalah barang berharga milik keluarga kerajaan kita, kerajaan Gryffindor, yaitu dari Raja dan Ratu yang pertama. Turun temurun di berikan kepada Pangeran yang terlahir dari permaisuri Raja.." jawab Lily lembut, meletakan kotak kecil yang semula ia genggam ke atas pangkuannya lalu mengeluarkan sebuah cincin dan liontin yang bersinar terang begitu benda indah itu di angkat. Harry menampilkan ekspresi terkesan, mengagumi keindahan dari cincin yang berkilau menunjukan cahaya keperakan pun beserta liontin yang bertuliskan rune kuno dengan bagian tengahnya tersemat permata berwarna kehijauan tampak bersinar lalu perlahan meredup beralih menjadi warna gelap dan kembali seperti semula.

Harry memandang bola mata sang Ibu, menunjukan ketertarikan yang sangat pada sepasang manik emeraldnya.
"Kenapa warnanya berubah Mum?" Tanya Harry sedikit bingung.

"Ini yang membuatnya istimewa, liontin ini akan menyesuaikan warna pada pemiliknya.. dan jika dia meredup hingga berubah menjadi warna gelap, itu artinya si pemilik dalam bahaya.. dan untuk gelangnya, Mum tidak mengetahui dengan jelas... yang pastinya ini berguna untukmu.." jelas sang Ibunda Ratu tersenyum lembut dan meletakan kembali cincin beserta liontin ke tempat semula.
"Sekarang ini milikmu.. pakailah saat ulang tahunmu besok.." lanjut Lily menyerahkan kotak berwarna merah itu pada Harry.

"Apa Dad tahu?" Harry menerimanya, menanyakan apakah Ayahnya itu juga mengetahui hal ini. Namun Lily menggeleng pelan, mengatakan bahwa tidak ada yang tau dan juga tidak boleh ada siapapun yang tau selain pemilik dan turunannya.


Sang anak mengangguk mengerti dan mengucapkan terimakasih, menyempatkan memeluk Ibunya sebelum ia benar- benar pergi dari ruangan menuju kamarnya di ikuti para penjaga. Mengenai para penjaga di belakangnya, Harry sudah lelah memperingatkan agar dirinya tidak perlu di ikuti seperti ini.. namun Lily keukeuh dan tak mengindahkan protestannya. Jadilah Harry membiarkan para dayang ataupun prajurit penjaga berada di dekatnya saat ia keluar dari sayap kanan kerajaan yang merupakan tempatnya menetap.

Harry berbelok, melewati paviliun yang mewah sambil menggenggam erat kotak yang terbungkus kain di tangannya begitu mendengar derap langkah kaki dari arah yang berlawanan. Maniknya melihat beberapa pengawal bersama sang Ayah berjalan menuju arahnya dengan wajah angkuh. Harry sedikit gugup, ia berhenti di tempatnya saat sang Raja mulai mendekat.

"Salam kesejahteraan untuk Maha Raja!" Ucap Harry sambil membungkuk hormat, membuat segerombolan orang yang berjalan itu terhenti sebentar lalu kembali melangkah melewatinya begitu saja.

Harry tersenyum miris, sudah 10 tahun ini Ayahnya yang sekaligus Raja kerajaan Gryffindor itu tidak memberikan respon yang berarti saat ia mulai mendekatkan diri. Terkadang Harry heran sendiri, Apa karena sikapnya yang tidak menyenangkan sang Ayah? Atau karena ia berwujud magis sebagai Veela? Atau tentang hal lain?

Entahlah... ia tidak begitu mengerti. Jika alasan Ayahnya tidak menyukai sikap yang ia tujukan, rasanya tidak mungkin. Harry sudah di didik sejak kecil bagaimana bersikap layaknya bangsawan dan jangan remehkan kemampuan berkuda, memanah dan berpedangnya. Harry juga mempunyai tempat khusus untuk memulai latihan, yaitu tempat tersembunyi di luar kerajaan bersama orang kepercayaannya. Lalu apa karena wujud magisnya adalah Veela yang sangat menyimpang dengan Ayahnya yang merupakan seorang penyihir berdarah murni pun sang Bunda yang berdarah campuran antara Veela dan muggle namun lebih dominan muggle, berbeda dengannya yang 100% berwujud magis Veela.


Harry menghela nafas, jika opsi terakhir benar, harusnya keadaannya tak seburuk ini. Rasanya dulu ia begitu dekat dengan Ayahnya, James Potter- namun entah kenapa sekarang sikap dingin sang Raja menjadi buruk padanya.

Memilih untuk melupakannya, Harry memasuki kamarnya yang luas. Mengucapkan mantra pelindung yang diajarkan Ibunya untuk melindungi diri di kamar, ia berbaring di atas kasur sutranya. Melihat kembali isi kotak yang di berikan Maha Ratu saat di ruangan tadi. Ia mengambil liontin berwarna hijau tersebut, sedikit menyipitkan mata begitu sinar yang sama kembali muncul. Liontin itu sangat indah, di sekeliling permata yang menjadi bingkai dengan rune kuno yang unik dan tak dapat Harry mengerti. Mungkin itu hanya hiasan? Pikirnya meneliti dan beralih pada sebuah cincin cantik dengan batu permata merah yang berkilauan... sama saja, di sana juga tertulis rune kuno yang sangat kecil.. mungkin dengan menggunakan kaca pembesar agar bisa melihatnya? Tangannya kembali memasukan warisan dari sang Ibunda dan menyimpannya di bawah bantal, sedikit heran saat bandul berwarna hijau itu sedikit menggelap saat ia memasukannya.

..
.
.


"Prince Harry..."
Ketukan dan panggilan dari luar sedikit menyentak Harry, ia kemudian bangun dan melepas mantra pelindungnya... memperbolehkan orang yang memanggilnya itu untuk masuk ke dalam.


Seorang perempuan cantik yang berpakaian layaknya maid kerajaan namun sedikit berkelas itu mulai melangkah masuk, tersenyum melihat Pangeran kerajaan mereka yang masih setengah berbaring menatapnya dari arah kasur. Dia adalah Hermione Granger, teman sekaligus orang kepercayaan Harry yang ada di kerajaan, gadis manis yang pintar.. Ibunya Hermione juga merupakan bagian dari guru penerjemah kerajaan yang ia ikuti.
"Yes, Mione.. ada apa?" Tanya Harry memanggil nama kecilnya.


"Prince Harry, jangan bilang kau lupa bahwa hari ini kau ada kelas! Professor Lupin sudah menunggu di ruangannya..." jawab gadis yang di panggil 'Mione' itu mendengus pelan.

"Sedikit dan cukup Harry saja saat kita bersama Mione.. demi Godric, kita sudah lebih dari sepuluh tahun tumbuh bersama!" Harry sedikit kesal sekaligus lelah mengatakan hal yang sama berulang kali namun hanya di tanggapi layaknya angin yang berlalu saja oleh seorang gadis yang sudah ia anggap keluarga itu. Merenggangkan tubuh, Harry turun dari ranjang dan mengambil buku pertahanan terhadap ilmu hitamnya berjalan ke luar, sengaja meninggalkan Hermione yang sendari tadi menanggapi ucapannya dengan omelan.


"Harry.. wait... "

*

___ ~○~ ____

*

Pangeran yang mempunyai tanda lahir seperti bekas luka sambaran petir di dahinya pun beserta kaca mata bulat mempesona yang menjadi pewaris tunggal Potter itu berjalan menuju sebuah ruangan khusus untuk mengikuti kelas, bersama pelayan sekaligus temannya yang mendampingi di sebelah kirinya. Mereka berdua bercanda ria, sesekali mengajak beberapa dayang yang mengikuti keduanya untuk berbincang. Harry tersenyum manis, mengatakan pada para dayangnya untuk pergi melakukan hal lain karena Hermione sudah bersamanya yang di balas anggukan oleh para pelayan meski sedikit enggan.

"Mione, di mana Ron?" Tanya Harry tak menemukan satu temannya lagi. Ron Weasley, pemuda dengan surai merah yang menjadi pengawal pribadinya itu tak terlihat di manapun.

"Dia sedang bertugas di gudang, mengecek perlengkapan senjata." Jawab Hermione yang di tanggapi Harry dengan anggukan.


"Harry, apa hari ini kita akan ke Meadow untuk berlatih?" Lanjut Hermione berbisik pelan begitu para pelayan sudah menjauh. Meadow, atau padang rumput adalah tempat rahasia mereka berlatih.. hanya mereka bertiga yang mengetahui tempat rahasia yang sangat luas di sebalik tembok belakang istana dengan semak- semak tersembunyi menghubungkan daerah luar dari kerajaan yang membuka portalnya pun harus menggunakan mantra sihir.

"Ya, aku akan melatih tenaga wujud magisku lagi di sana.. aku masih belum bisa mengontrolnya," jawab Harry serius, mereka memang sering berlatih berkuda, memanah dan berpedang di sana sekaligus mengatur kekuatan diri dalam atau kekuatan magis yang terpendam. Karena memang mereka mempunyai energi sihir tersendiri, wujud magisnya yang sebagai Veela juga adalah yang paling dominan selain untuk pertahanan, lagipula energi yang menguar di sekeliling akan menghilang jika tidak digunakan.


"Tapi Prof.Lupin bilang kau sudah cukup baik mengendalikannya? Apa yang kurang?" Hermione menyamakan langkah, tersenyum pada Pangeran kerajaan mereka yang manis sekaligus menawan.

"Itu tidak cukup Mione, aku merasakan jika sayapku menolak saat aku menggunakan mantra.. atau karena aku salah mengucapkannya?" Kali ini Harry yang bertanya. Mengingat wujud magisnya yang ternyata adalah seorang Veela dengan sayap yang sedikit transparan itu tidak mengikuti apa yang ia ucapkan. Tubuhnya seakan menolak sesuatu...


"Oh Harry, jangan terlalu memaksakan diri.. kau bisa sakit nanti.. aku saja terkadang melakukan kesalahan dalam memahami kekuatan magisku sendiri.." Harry menoleh, melihat teman wanitanya menunduk menampilkan raut wajah sedih. Ia jadi merasa bersalah..

"Hei.. maaf Mione, kita berlatih bersama- sama oke," hibur Harry menepuk bahu Hermione pelan.

"Tapi wujud magismu indah sekali... aku baru pertama kali ini melihat makhluk magis seindah itu. Kau tau? Itu sedikit membuatku iri," balas Hermione menyenggol lengan harry pelan, maniknya yang berwarna almond itu terlihat berbinar. Mengingat setiap kali Putra Raja yang menjadi tuannya ini bertransformasi menjadi Veela seutuhnya membuatnya terpesona akan keindahannya yang memikat. Terlepas dari itu, pribadi Harry yang ramah dan menyenangkan menjadi nilai plus tersendiri.

"Dan menjadi salah satu alasan kenapa Dad membenciku," sahut Harry murung, mengeratkan genggamannya pada buku tebal yang kini ia rengkuh. Emeraldnya menyendu, membuat Hermione panik dan gugup.

"Tidak mungkin.. aku berpikir jika Maha Raja bangga mempunyai Putra yang memiliki wujud magis Veela.. kau ingat Harry? Prof. Lupin bilang wujud yang sepenuhnya berupa Veela di dapati 1000 tahun yang lalu dan menghilang setelahnya.. dan menurut beberapa buku yang kubaca mereka adalah makhluk magis yang kuat. Kau beruntung mendapatkannya.. itu mengagumkan!" Hermione membalas semangat, bangga mendapati kerajaan mereka mempunyai Pangeran yang mempesona berwujud magis Veela.

"Masih ada Ibuku ingat?!" Protes Harry tersenyum tipis, memberitahukan jika sang Maha Ratu kerajaan alias Ibunya itu masih mempunyai darah seorang Veela yang memikat.

"Memang, tapi Maha Ratu hanya mempunyai sebagian kecil.. berbanding dengan kau Harry yang sepenuhnya berwujud Veela, Maha Ratu lebih dominan pada wujud penyihir muggle nya!" Jelas Mione membuat Harry menarik senyum, tau jika teman yang menjadi pelayan setianya ini berniat menghiburnya.


"Aku hanya tidak mengerti, maksudku.. aku laki-laki tapi bagaimana darah Veela bisa mengalir pada diriku?" Balas Harry menautkan alisnya bingung, yang ia tau bahwa wujud Veela adalah perempuan dan bukan laki-laki. Ia juga tak mengerti bagaimana bisa ia mendapatkan 100% wujud Veela yang sudah punah ribuan tahun lalu, ya meskipun masih tersisa Lily- Ibunya, namun bahkan dia hanya mempunyai seperempat darahnya saja.

"Sebenarnya aku juga sedikit meragukan itu Harry, menurut buku yang kubaca seorang Veela hanya berjenis kelamin perempuan. Tapi untuk kasusmu ini, aku berasumsi jika adanya permutasian hingga kau bisa mewarisi wujud yang mengagumkan seperti itu." Jelas Hermione, tangannya meraih dan membuka buku Herbologi yang ada di tas kecilnya menunjukan catatan hingga gambar-gambar contoh permutasian seperti yang barusan ia bilang dan Harry hanya melotot namun mengangguk meski tak mengerti.

"Tapi Mione, jika itu seperti Mum, mungkin aku bisa menerimanya dan tak akan mempermasalahkan apapun. Tapi, sayap? Aku merasa aneh setiap kali mengeluarkan wujud magisku it..-"

"Percayalah Harry, itu mengagumkan.. dan kupikir rambutmu sebaiknya dibiarkan memanjang." Potong Hermione charming.

"Dan aku benar-benar akan berubah menjadi perempuan.." ucap Harry sarkatis membayangkan jika rambutnya yang hitam dan lebat ini panjang dengan sayap di punggungnya, seketika ia bergidik. Ia tak mengerti apa yang di pikirkan Hermione menyarankan hal itu..

Mereka terus berbincang dan tertawa bersamaan, masih menyusuri jalan menuju ruang kelas mantra yang di bina oleh Prof.Lupin sebagai guru para anak bangsawan seperti Harry dan beberapa anak duta kerajaan lainnya hingga..-




Harry sedikit meringis, merasa sedikit beban yang menubruk bahunya cukup keras. Emeraldnya yang cerah bergulir ke samping, menemukan seorang pemuda yang seumuran dengannya tengah menatap sinis bersama para pengawal di belakangnya. Dan sungguh, jika saja ia tidak terpelajar dan pemuda di depannya ini bukan saudaranya maka akan senang hati Harry mengeluarkan kemampuan berpedangnya sekarang juga.

"Perhatikan langkahmu!" Sentak pemuda itu mendengus lalu pergi menjauh meniti jalan yang sama. Hermione menggeram kesal, hampir saja mengeluarkan tongkat sihirnya jika saja Harry tidak menghentikannya.

"Lihat itu.. aku tak mengerti bagaimana bisa dia menjadi seorang Pangeran!" Hermione mendengus tidak terima melihat Putra Mahkota yang menjadi sahabatnya ini hanya diam menyuruhnya untuk mengabaikan orang yang telah membuatnya kesal.

Pemuda itu adalah Dudley Dusley, salah satu Pangeran kerajaan dan sepupunya dari pihak Ibu. Bukan rahasia lagi jika Pemuda gendut yang selalu menunjukan wajah menyebalkan itu tidak menyukai orang-orang sekitar termasuk Harry yang notabenya adalah sang pewaris. Harry bukan benci, hanya merasa sedikit kasihan karena Dudley yang menutup diri semenjak Ibunya- Petunia- meninggal, Ayahnya juga merupakan anggota dari duta kerajaan. Mungkin karena itulah sang Raja mengangkatnya sebagai Pangeran meski bukan pewaris.

"Sudahlah, sebaiknya kita cepat bergegas." Halang Harry tersenyum, mempercepat langkahnya menuju kelas magisnya bersama Hermione yang masih terlihat ingin menghancurkan istana saat ini juga.

.

.

.

== I Found You My Angel ==

ichadray

.

.

.

"Kesejahteraan untuk Yang Mulia Raja kerajaan Slytherin..."
Kalimat penghormatan terucap penuh kebanggaan, seorang panglima lengkap dengan pakaiannya yang sepenuhnya terbuat dari baja tengah bersimpuh begitu berhadapan dengan sang Raja yang duduk nyaman di singgasananya.

"Pangeran Draco beserta rombongannya sudah kembali dari desa Auriga!" Lanjut empunya masih bersimpuh memberikan laporan.

Lucius Malfoy, Lord kerajaan Slytherin dengan Permaisurinya Narcissa nee Black-Malfoy menanggapi dengan ekspresi dingin, meski terlihat ada sarat kerinduan dari bola mata sang ratu yang tersembunyi dengan apik layaknya bangsawan.

"Beritahu Pangeran untuk menemuiku di ruangan seperti biasa jika mereka sudah sampai!" Perintah Sang Raja tegas, jubah bludru berserta antek-antek mewah yang melekat di tubuhnya tak membuat seorang Raja yang berumur itu kesulitan saat ia beranjak dari tempatnya bersandar arogan.

"Baik Yang Mulia.."

...

.....
____

Derap langkah kuda yang berpacu menggema dari rimbunan pepohonan yang menjadi jalan, beberapa orang yang berpakaian layaknya prajurit pun beserta anggota penting dalam perang terus melajukan kuda tanpa peduli sekitar hutan yang lebat. Namun seketika sang Pangeran tampan yang menjadi pemimpin rombongan berhenti tiba-tiba, suara lengkingan beberapa kuda yang tertarik mengalahkan semilir angin yang berhembus kencang di sana.

"Ada apa Pangeran?" Tanya salah seorang dari mereka yang mempunyai kulit eksotis setengah berbisik, mewaspadai dan mengangkat sedikit pedangnya melirik sekitar jika adanya serangan yang tak terduga saat sang Pangeran menghentikan rombongan.

"Aku merasakan energi magis yang besar dari arah selatan Blaise.." jawab sang Pangeran pada laki-laki yang ia panggil 'Blaise' itu pelan, matanya terpejam merasakan energi magis yang cukup besar menguar dari arah kejauhan yang dapat ia rasakan itu kini perlahan menghilang.

"Apa kita perlu mengeceknya?! Bagaimana perjalanan kita Draco?" Tanya seorang lagi yang merupakan pengikut setia sekaligus berpredikat sebagai sang sahabat, Theodore Nott -sembari menggiring kudanya mendekat.

"Aku akan mengeceknya sendiri, kalian tetap kembali." Balas Draco membuka kelopak matanya, manik silvernya menatap serius pepohonan yang bergoyang diterpa hembusan angin.

"Tapi bagaimana jika sesuatu terjadi?!" Protes Theo, meski ia tau Pangeran mereka ini kuat.. tak akan menutup kemungkinan adanya bahaya bukan? Hutan ini berada di luar perbatasan istana dan energi magis yang bersemayam di sini terkadang tak bersahabat. Bisa-bisa kepala mereka dipenggal jika Pangeran Draco Malfoy kerajaan Slytherin yang menjadi sahabatnya ini tidak pulang dengan selamat.

"Jangan khawatir.. perbatasan ada di depan, aku hanya mengeceknya sebentar dan akan menyusul nanti."

"Draco, setidaknya biarkan salah satu dari kami bersamamu.. Yang Mulia Raja akan menghukum kami jika sesuatu terjadi nanti." Sahut Blaise bersikukuh, tentu saja.. siapa yang ingin begitu pulang ke kerajaan tiba-tiba kepalamu di penggal hanya karena Pangeran terluka atau bahkan mati? Tidak terimakasih, masih banyak hal yang ingin ia lakukan di dunia ini.

"Aku bisa menjaga diri Blaise, ya kemungkinan paling buruk aku pulang dengan sebelah tangan. Tapi itu tak akan terjadi tenang saja, kalian tetap kembali."
Ucap Draco menyeringai dan langsung melajukan kudanya berbelok ke arah selatan, meninggalkan beberapa bawahannya yang memucat dan 2 temannya yang menghela nafas lelah melanjutkan perjalanan. Meski sedikit khawatir, mereka tau jika kekuatan sang Pangeran sangat kuat hingga memilih menurut saja kembali ke istana.

_____

Draconis Lucius Malfoy, pemuda tampan bersurai pirang platinum yang biasa di panggil dengan sebutan Pangeran Draco dari kerajaan Slytherin yang merupakan kerajaan yang terkenal dengan pasukan perangnya yang licik dan hebat itu menebas semak-semak yang menghalangi jalannya, masih memacu kuda putih yang ia tunggangi menuju energi yang menarik dirinya. Ia merasakan seolah energi sihir yang ia rasakan seolah memanggil dan menariknya mendekat dari kejauhan.

Cukup lama menyusuri hutan hingga sampailah ia pada sebuah padang rumput yang sangat luas, berpikir pantas saja mereka saat melewati hutan tak melihat adanya lokasi ini dikarenakan di kelilingi sihir pelindung dan rimbunan pohon yang lebat menutupi.

Draco menghentikan laju kudanya dan memasang mantra penyadap agar kekuatan magisnya tidak terdeteksi, lebih memilih menyusuri pinggiran padang rumput itu perlahan. Maniknya yang berwarna silver kebiruan menajam, menyadari energi yang sempat menghilang tadi kembali ia rasakan, segera ia menuju kekuatan itu sebelum menghilang. Menuruni kuda, pedang yang tersemat di sebalik jubahnya ia angkat perlahan, mewaspadai jika ada yang menyerangnya dari balik semak-semak di hadapannya.

Draco menautkan alisnya heran, alih-alih serangan, suara orang yang tertawa menyapa pendengaran membuatnya memasukan kembali pedang yang hampir ia keluarkan lalu mengintip dari rimbunan semak. Energi magis yang besar itupun semakin kuat ia rasakan begitu ia melangkah lebih dekat.

Seketika ia membelalak, di hadapannya ada tiga orang yang berbeda di dampingi Peri kecil beserta seekor Unicorn yang bergerak mengelilingi mereka. Namun yang menjadi fokus sang Pangeran bukan gadis yang mempunyai rambut layaknya semak belukar berpakaian pelayan beserta pemuda berambut merah yang terlihat seperti pengawal yang dengan semangat bertepuk tangan, bukan pula pada peri kecil yang terbang di sekitar Unicorn yang memekik senang, fokusnya tertuju pada seorang yang menjadi atensi semua makhluk di sekitarnya terlihat indah dan mempesona dengan wujud magisnya.


Sepasang sayap yang transparan bersinar kehijauan layaknya peri bertengger manis di punggung yang tertutup pakaian sederhana, Draco tak pernah melihat jika ada sayap peri yang begitu bersinar terang bahkan pada siang hari seperti ini. Bahkan residu sihir yang menguar membuat beberapa bunga bermekaran dan menempel di sayapnya seolah menyatu menambah keindahan dengan membentuk pola rumit yang cantik, menarik hewan-hewan kecil mendekat. Hingga beberapa tupai dan kelinci seakan melupakan makanan yang ada di tangan kecil mereka karena terpikat. Kekuatan magis yang sangat besar menyebar dan dapat ia rasakan tubuhnya bergetar hangat saat hembusan angin membuat surai hitam pendek itu berkibas pelan di iringi dedaunan yang berjatuhan di belai oleh sang angin seolah ikut berpartisipasi pada keindahan sang ciptaan.

Tak akan menyangkal jika Draco sangat terpesona, ia tak pernah tau jika ada wujud magis seindah itu selama ia mengenal dan menjelajahi dunia. Maniknya menyipit, berharap bisa melihat wajah sang objek yang hanya memperlihatkan surai hitam teracak bersinar menawan. Ia ingin melihat lebih jelas, dan sungguh ia akan merutuki dirinya sendiri yang lengah begitu tanpa sadar melangkah maju dan tersandung akar pepohonan..

Suara 'Brukk' pelan terdengar, dan Draco tak berniat untuk berlama-lama pada posisi memalukan yang tengah ia lakukan. Sedikit mendongak, barulah ia sadar jika menghadapi perang dengan lawan yang kuat dan sangat banyak ataupun tentang adrenalin yang selalu berpacu itu tak bisa membuatnya bisa berdebar lebih dari ini.. melihat apa yang ada di depan mata yang melihat membuatnya tertegun..

'Itu...'

*
*
*

To Be Continued

silahkan jejaknya jika berkenan..

Forward
Sign in to leave a review.