
Lihat Aku
"Malfoy? Mengapa seseorang masih ada yang menyukainya?" Ketika nama itu masuk ke dalam pendengaran Harry Potter, jantungnya tiba-tiba memompa dengan cepat. Kepalanya langsung tersentak ke arah Ron Weasley secara tidak sadar ketika mereka masih berjalan untuk pergi makan malam.
"Apa maksudmu, Ron?" Harry langsung menanggapi dengan acuh, tetapi dia tidak berani untuk melihat Hermione Granger di sebelah Ron.
"Seseorang dari tahun di bawah kita menyatakan cinta padanya tadi," jawab Hermione walaupun Harry bertanya pada Ron.
Harry tidak bisa menahan keluar dengusannya. Dia hendak bertanya dengan hasilnya, tetapi bersyukur bahwa Ron mengatakan tanpa perlu Harry bertanya. "Slytherin yang masih sombong dia menolaknya. Maksudku berapa banyak memangnya laki-laki bengkok di Hogwart hingga dia menolaknya?"
Harry ingin berteriak di telinga Ron bahwa dia juga gay, tetapi segera menelan kata-katanya sendiri.
"Siapa yang peduli tentang Malfoy, dia hanya secuil kotoran di Hogwart. Tidak tahu mengapa dia masih diterima di sini."
"Ron, perang telah selesai. Persatuan damai diperlukan." Hermione menjelaskan, sambil pembahasannya tiba-tiba menjadi pembebasan peri rumah sampai harus Ron menghentikannya ketika mereka berada di depan meja makan.
Harry hanya menyesap jus labunya, tiba-tiba merasa tidak berselera. Dia pada awalnya menahan diri untuk tidak mengangkat wajahnya melihat seseorang yang sangat mencolok di ujung sana, tetapi Harry tidak tahan akan godaan sehingga dia dengan berani mengangkat wajah tanpa malu-malunya untuk melihat seseorang berambut pirang yang tengah menunduk menikmati makannya.
Apa yang dia makan di sana? Harry ingin melihat isi piringnya agar dia bisa melakukan hal yang sama. Atau ketika alis itu berkerut halus sendirinya tanpa percakapan dengan orang lain, Harry ingin tahu apa yang dia pikirkan saat ini, apakah sekali saja dia pernah memikirkan Harry? Harry tidak sadar saat dia menyipitkan matanya melihat jari-jari panjang itu menggenggam dasi hijaunya untuk mengendurkan kerah kemeja. Perpotongan kulit terang lehernya terbentang dalam pandangan Harry membuat wajahnya memanas.
"Sialan!" Harry menggebrak meja, lalu kemudian segera menyesalinya ketika dia menyadari tindakannya bukan hanya dia lakukan di dalam kepalanya. Dia menjadi malu dengan tatapan bertanya dari orang-orang, tetapi dia mengabaikannya dengan keras. Semua kembali normal saat professor menegur orang-orang untuk kembali makan dengan tenang.
"Apa yang kamu lakukan Harry," tanya Hermione di sebelahnya tampak khawatir padanya.
"Dia ingin membuka kancing atas kemejanya, itu pasti akan memicu kekacauan di dalam celanaku." Harry berkata dengan pelan tidak ingin Ron mendengarnya. Harry masih melirik dengan terang-terangan pada laki-laki pirang yang fokus pada makanan seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya, dia bahkan tidak menyadari pandangan Harry terus tertuju padanya. Pada akhirnya seseorang yang dia lihat mengurungkan niatnya untuk membuka kancing teratas kemejanya.
"Harry, kamu mengalahkan Voldemort, tetapi kamu tidak berani menyatakan cinta pada Draco," ucap Hermione dengan santai sambil memutar matanya.
Hermione bahkan sudah menyebut nama depannya, kapan Harry bisa melakukannya secara langsung? Bukan hanya di dalam kepalanya atau pada malam-malam panas sendirian dengan tangannya yang terus bergerak di bawah sana.
"Dia bahkan tidak ingin melihatku, tetapi kamu sudah memanggil namanya dan mengobrol sepanjang waktu di perpustakaan," gerutu Harry mengambil makanan apapun di depannya masuk ke dalam mulutnya.
"Kamu bisa saja bergabung dengan kami."
Sebelum Hermione bisa melanjutkan kata-katanya Harry telah lebih dahulu menyelanya, "Kalau begitu kamu pasti tidak ingin bergabung, aku ingin membahas warna celana dalam apa yang dipakainya hari itu."
"Harry, bagaimana bisa kata-kata mesum itu ada di meja makan kita?" Ron tiba-tiba bergabung, Harry membuat tanda agar Hermione tidak mengatakan apapun mengenai Draco pada Ron atau itu akan menjadi masalah besar nantinya.
Harry cepat berpikir, sebelum dia menjawab dia melirik pada meja Slytherin lalu berkata kesal, "Aku hanya berkata asal, Ron. Cukup pusing akhir-akhir ini dengan semua tugas."
"Tenang, kita bisa mengandalkan Hermione kapan saja." Setelah mengatakan itu mereka makan kembali, tetapi Harry tidak menyentuh makanan apapun lagi. Dia kembali pada kegiatan sebelumnya untuk melihat Draco pada meja Slytherin, Harry tidak peduli pada seseorang di sebelahnya terus berbicara pada Draco selama laki-laki pirang itu tidak menanggapi semuanya terasa baik-baik saja.
Seseorang pasti tahu ketika diri mereka tengah ditatap oleh orang lain, karena Harry mendadak menarik napasnya saat mata biru bercampur abu itu bergulir bertemu dengan bola mata hijau milik Harry.
Dunia seakan milik berdua, dan Harry ingin berteleportasi dengan tatapan mereka, membawa Draco ke rumahnya dan melakukan hal-hal menyenangkan yang bisa mereka lakukan atau setidaknya berharap Draco tahu apa yang dia rasakan saat ini.
Tatapan itu tampaknya berjam-jam hingga Harry menyadari bahwa itu hanya beberapa detik sebelum Draco mengalihkan pandangannya sambil meminum air di gelasnya. Itu menarik, bagaimana tonjolan di lehernya bergerak naik turun lalu jari panjang itu menggenggam sapu tangan putih menghapus jejak-jejak air di bibirnya, jika Draco kesulitan Harry bisa datang menghapusnya dengan bibirnya sendiri, itu terlalu mudah. Bagaimana bisa hal kecil itu menarik perhatian Harry?