
Kutukan
"Mengapa kamu tidak melihatku?"
Harry berkata dengan tak sabar, dia tidak ingin membuang-buang waktunya lagi, tahun mereka akan berakhir dan dia tidak ingin berpisah dengan orang di depannya ini begitu saja.
Dia tidak mendapatkan jawaban apapun, Draco masih tetap membaca bukunya seolah hal itulah yang lebih menarik di dunia ini dibandingkan Harry yang duduk di depan mejanya. Harry menggenggam pena bulunya lantas berkata kembali. "Malfoy, aku berbicara padamu."
Akhirnya mata itu terangkat dan Harry tiba-tiba merasa menyesalinya saat jantungnya berdebar lebih cepat dan matanya hampir goyah dengan mata indah itu tertuju padanya sekarang. Hanya padanya, tidak ada Hermione atau bahkan siapapun di sekitar perpustakaan ini.
"Apa yang kamu katakan barusan?" Jantung Harry rasanya jatuh saat Draco tidak mendengarkan kata-kata Harry dan dia bertanya tanpa nada seolah tidak tertarik berbicara dengan Harry.
"Mengapa kamu tidak melihatku, Malfoy?" tanya Harry lagi dia ingin sekali membentangkan jarinya di kening Draco untuk meluruskan kerutan-kerutan tanda tanya di kening pria berambut pirang saat ini.
"Apakah itu harus Potter? Kamu ada di mana-mana, mengapa aku juga harus melihatmu sekarang? Aku di sini untuk membaca, bukannya untuk melihat Juru Selamat yang terkenal."
Jadi, Draco menyadarinya? Bahwa Harry berada di mana-mana? Itu membuat dada Harry mengembang bahagia, dia berarti telah berhasil menarik atensi Draco.
Harry kemudian berkata dengan percaya diri sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Ya, kamu harus. Kamu tidak bisa terus melihat fotoku di surat kabar terus menerus."
"Apa?" Draco menanggapi dengan cepat kali ini, dan Harry hampir berdecak ketika dia mengatakannya secara asal barusan, Draco baru menanggapinya dengan serius. Namun, kekesalannya segera mereda saat melihat mata Draco yang melebar dengan sesuatu yang lain melintas di wajah itu. "Permainan apa yang kamu mainkan, Potter?"
Harry merasakan tatapan tajam di belakang kepalanya dan dia harus segera keluar dari sini dibandingkan dengan diusir nanti. Jadi, dia meraih tangan Draco dan membawanya keluar dari perpustakaan setelah Draco mengambil buku-bukunya dengan terburu-buru disertai gerutuan kecil keluar dari mulutnya.
"Apa-apaan ini Potter?" Draco menepis tangan Harry, dia membuat wajah tidak sukanya dengan jelas.
Dia membawa Draco pada sudut koridor yang sepi, Harry ingin menggenggam tangan halus itu lagi. Tangan yang sepertinya tidak pernah dipakai untuk hal-hal berat, hanya digunakan untuk memegang tongkat sihir atau mungkin 'tongkat' yang lain. Bisakah Harry menyentuh tangan Draco lagi? Harry pada akhirnya melakukannya lagi, menggenggam pergelangan tangan Draco dan menariknya untuk bergeser, ke sana ke mari. Ini menyenangkan, mungkin suatu hari dia akan berjalan-jalan di pagi hari sambil berpegangan tangan dengan Draco. Hingga lagi-lagi Draco melepaskan tangan Harry sambil berkata dengan marah. "Hentikan ini, kamu pikir apa yang kamu lakukan sekarang?"
Alis Harry hampir menyatu dengan ketidaksetujuan tingkah Malfoy padanya. Barusan yang mereka lakukan itu menyenangkan. "Aku mencari tempat yang nyaman untuk berbicara padamu? Mengapa kamu begitu keras kepala?"
"Katakan saja, aku tidak punya waktu untuk melakukan omong kosong ini." Dia mengucapkan tempus ke udara.
Harry tidak akan membuatnya lolos dengan mudah, dia menunggu berbulan-bulan mendapatkan kesempatan untuk berbicara berdua seperti ini. "Mengapa kamu tidak melihatku?"
"Omong kosong ini yang ingin kamu bicarakan?" tanya Draco mulai jengkel.
Harry tidak begitu peduli omong kosong yang dimaksud oleh Draco, dia hanya memperpanjang waktunya agar Draco terus berbicara padanya dan Harry bisa melihatnya dari dekat seperti ini. "Jawab saja Malfoy, itu tidak akan menambah berat badanmu."
"Kamu ingin mengatakan bahwa aku gemuk?" Harry terkejut karena tiba-tiba Draco mengubah pembicaraannya dengan rasa tidak sukanya yang biasa, tetapi dia menjadi senang karena itu seperti ada bunga di dalam hatinya.
Harry menjepit dagunya sendiri dengan dua jari, lalu mulai memperhatikan Draco dari atas ke bawah secara sengaja. Mendadak dia ingin menelusuri tubuh itu secara langsung dengan tangannya untuk merasakan, tetapi dia menahan diri. Nanti saja. Draco berdiri gelisah di bawah pandangan Harry. "Tidak, kamu tidak gemuk. Saat hanya ada kita berdua kamu bahkan tidak ingin menatapku?"
"Seseorang mengutukmu, Potter?" Draco masih tidak ingin menjawabnya, hal itu membuat Harry semakin penasaran. Sekarang saja Draco menatap ke kening Harry bukannya pada matanya.
Harry untuk sesaat terdiam kemudian dia mulai goyah dan mau tidak mau tangannya berpindah berpegangan pada bahu Draco dan satu lagi telah melingkar erat di pinggang Draco menahannya untuk tidak pergi.
"Potter? Apa-apaan ini? Kamu tidak bisa melakukan ini." Draco mengguncangnya dan hendak melepaskan cengkraman Harry, tetapi Harry semakin mengeratkannya. Harry berteriak keras dalam hatinya oleh rasa senang yang meluap, karena hari ini dirinya tengah memeluk Draco, seseorang yang hadir di mimpi biasanya, bahkan juga di mimpi basahnya. Betapa cemerlangnya pikiran Harry sekarang dan mengapa dia baru melakukannya sekarang. "Kutukan apa yang kamu terima ini?"
"Kutukan? Aku tidak merasa menerimanya." Harry memelankan suaranya. Dia menghirup napas panjang, di mana aroma apel segar dari Draco masuk ke dalam rongga paru-parunya.
"Sialan, Potter! Jangan menggigit bahuku!" Draco langsung mendorong Harry hingga punggungnya menabrak dinding. Harry melihat wajah Draco memerah, dengan Draco yang terengah-engah Harry lebih ingin menciumnya sekarang juga. Mengapa Harry lagi-lagi membuang-buang waktunya saat itu?
"Kamu sebaiknya periksa kejiwaanmu, Potter. Ada mesin yang tidak berputar di kepalamu."
"Apa maksudmu?" Harry masih menolak melepaskan sentuhan dari Draco, dia masih meletakkan telapak tangannya di pinggang Draco, mungkin sampai dunia terbalik pun orang ini tidak akan peka.
"Kamu membenciku, mengapa harus ada semua lelucon ini padaku?" Draco bertanya sungguh-sungguh, tangannya terkepal di masing-masing tubuhnya. Mata itu masih tak ingin menatap mata Harry secara langsung dan malah melihat ke pangkal hidungnya kali ini.
"Benarkah seperti itu, Malfoy? Perang sudah selesai, tetapi kamu masih membenciku. Kamu menjauh dariku, kamu tidak menghinaku lagi, bahkan kamu tidak ingin melihatku. Siapa yang lebih membenci di sini? Itu kamu, Malfoy?" Harry berkata sambil menegakkan tubuhnya, dia terpaksa melepaskan tangannya pada pinggang Draco untuk sementara dan akan meletakkannya lagi langsung ke kulitnya nanti.
"Karena perang telah selesai, maka aku juga sudah selesai. Bagaimana kamu bisa menuduhku kalau aku membencimu?"
"Kalau begitu aku akan membangkitkan lagi Voldemort. Kamu bisa mengganggu, menghinaku dan melihatku lagi." Harry berkata santai dan merasakan Draco bergidik ketika dia mengucapkan nama Voldemort dengan penuh penekanan.
"Hal gila apa di dalam kepalamu? Kamu lebih baik pergi meminum beberapa ramuan penenang."
"Aku baru tahu bahwa kamu sangat peduli, Malfoy."
Semakin Harry berbicara, Draco semakin kesal dan Harry menjadi lebih senang. Draco bergerak mundur sambil mengacak rambutnya. Ah, rambut itu yang telah lama tidak ditarik lurus ke belakang hingga melekat erat di kepalanya, sekarang teracak tak teratur, Draco tampaknya tidak peduli lagi pada penampilan rambutnya dan Harry menyukai itu. Dia kali ini ingin mengarahkan jemarinya menyentuh di sana ikut mengacak rambut itu seperti Draco yang selalu sukses mengacak hatinya.
"Apa maksud ini semua, Potter?"
"Lihat aku saat aku juga menatapmu."