
disclaimer: semua karakter milik Masashi Kishimoto
warning: canon-setting. OOC. terinspirasi dari satu scene saiino di Kakashi Retsuden, dengan tambahan disana sini, tentunya. Kakashi's pov? Kinda?
characters: Sai/Ino, Kakashi, mention of konoha 10/11/12? I dunno.
.
Pet Names
.
.
Kakashi tahu dia sedikit terlambat.
Well, mungkin tidak sedikit sih—karena sudah hampir satu jam lebih dia terhitung terlambat.
.
Tapi bukan Kakashi namanya kalau tidak begini. Apa mau dikata.
Dia terkadang memang masih suka tersesat di jalan yang bernama kehidupan.
.
Kakashi menghela nafas panjang dari balik masker yang menutup hampir separuh wajahnya. Satu tangannya menyentuh handel pintu ganda di depannya, sementara ia gunakan satu tangannya yang lain untuk merapatkan jaket yang membungkus. Suara riuh dan dentum musik mulai samar-samar terdengar dari balik pintu, beresonansi semakin jelas kala Kakashi mendorong pintu untuk membawa tubuhnya meringsek ke dalam.
Kedua kakinya yang masih terbalut sandal ninja menyusuri koridor yang menjadi penghubung antara pintu depan bar dengan ruang destinasinya. Seiring ia melangkah, aroma campuran alkohol dan rokok menguar makin kuat di udara.
Dari sudut matanya, Kakashi bisa melihat sekumpulan orang menari-nari tiada peduli. Sebagian lagi memilih ngendon di kursi melingkar yang tersedia. Di tangan-tangan mereka tergenggam gelas-gelas alkohol atau tumpukan kartu permainan. Sementara di paha mereka, beberapa perempuan duduk bergelayut manja.
Ia mempercepat langkahnya untuk menuju ke ruangan yang terletak di ujung koridor. Suara bising dari musik yang menghentak, lama kelamaan mulai teredam semakin Kakashi mendekat ke tujuan. Ruangan itu memang termasuk ruangan eksklusif di bar ini—ruang VIP. Memang sepertinya sengaja dipesan oleh mantan anak-anak didiknya untuk temu kangen mereka hari ini.
Begitu Kakashi mendorong pintu, ia sedikit dibuat berjingit ketika ia langsung disambut oleh salah satu mantan muridnya di tim 7.
.
"Sensei! Kau terlambat! Kupikir kau tidak akan datang!"
.
Kakashi sampai harus mengedipkan matanya selama beberapa kali untuk memastikan siapa gerangan yang menanyainya dengan begitu antusias di hadapan.
Mantan hokage keenam itu dibuat terkejut bukan main di ambang pintu.
Ia tentu tak akan terkejut kalau orang yang tengah nyengir lebar dengan pipi bersemu kemerahan ini adalah Naruto. Muridnya yang satu itu kan terkenal hyper sekali. Atau Sakura, barangkali.
.
Tapi masalahnya... ini Sai.
.
Dan ini tidak wajar.
.
"Eum..." Kakashi mengambil jeda sejenak untuk memastikan, "Sai?"
"Ya sensei?" Cengiran itu bertambah lebar dan bola mata Sai yang hitam arang tampak berkilau antusias.
Kakashi memiringkan kepalanya, menelurusi Sai dari atas ke bawah.
Sai mengenakan pakaiannya yang biasa. Yang berbeda dari dirinya hanyalah cengiran lebar yang bertengger dan kedua pipi pucat yang sekarang tengah bersemu merah delima, khas orang mabuk.
Ahhh, benar. Mungkin dia mabuk, pikir Kakashi.
"Eum... apakah pestanya sudah dimulai?" Kakashi akhirnya menyelipkan tubuhnya seutuhnya ke dalam ruangan khusus itu.
Ruangan VIP bar itu dipenuhi oleh mungkin sekitar belasan pria dan wanita yang kesemuanya ninja. Dan Kakashi tahu betul siapa siapa saja mereka. Raksi yang menguar tak jauh beda. Campuran antara parfum dan alkohol mengepul di udara. Yang berbada hanya tak ada dentum musik memekakan telinga, cukup musik dengan volume standar.
"Ya sensei, pestanya sudah dimulai dari satu jam yang lalu," jawab Sai dengan suara ala kadarnya, berat, dan memang benar-benar khas orang mabuk. Kakashi bisa melihat kepala Sai mengerling ke samping, menatapnya penuh selidik, sebelum kemudian matanya menyipit sanksi,
"Sensei pasti terlambat karena tersesat di jalan kehidupan, ya kan?"
Kakashi hanya tertawa sumbang menanggapi.
Pertama, karena alasanya bisa dikatakan sudah basi—oh please—dan kedua, adalah fakta bahwa Sai tampak seperti tengah merajuk sekarang—cemberut dengan kedua tangan dan bibir yang ditekuk.
Dia tampak OOC sekali hari ini. Sumpah.
"Yah, kau tahu lah," Kakashi akhirnya mengangkat bahu, berusaha terlihat tak acuh, "Seperti biasa. Selalu harus ada yang diurus,"
Sai menyipitkan matanya, membuat Kakashi agak gelisah. Bahkan meski dalam keadaan mabuk begitu, insting ANBU-nya masih setajam belati walau alam sadarnya terkabut oleh liquor, "Misi rahasia? Penting sekali?"
Penting sekali.
Karena ini menyangkut nyawa Naruto, tambah sang guru dalam hati.
Kakashi menggaruk belakang lehernya, tertawa canggung, "Yah, begitulah," ia belum bisa berkata banyak sekarang, meski Kakashi akui, Sai adalah salah satu bawahan kepercayaannya. Ia harus mengunci rapat bibirnya saat ini karena Kakashi belum mendapatkan bukti-bukti pasti. Semua butuh waktu.
"HOI KAKASHI SENSEI SELAMAT DATANG!" beberapa diantara mereka-terutama Kiba, Chouji, Rock Lee—yang akhirnya menyadari eksistensinya, menyapa Kakashi dengan suara melengking nyaring. Suara mereka lantang menggema ke seantero ruangan, melambai-lambai antusias dari tempat mereka duduk, bersahut-sahutan menyambutnya. Benar-benar tak berubah meski mereka sudah kepala tiga sekarang.
Sementara yang lainnya menggumam selamat datang ala kadarnya, beberapa tersenyum, beberapa juga hanya melambai tanpa daya upaya. Hmm, mereka sepertinya sudah terlalu mabuk.
Sai menuntun Kakashi untuk duduk kursi memanjang yang tersedia, seperti memang sengaja dikosongkan untuknya seorang. Ia duduk disamping Sai, sementara tepat di seberangnya ada Kiba dan Karui yang sama-sama menenteng gelas sake di tangan.
Begitu Kakashi telah memposisikan diri, ia melongokan kepala kesana-kemari, mengabsen satu per satu wajah disana. Ia tahu, selain Naruto, seharusnya semua konoha 10 ada disana.
"Mana istrimu, Sai?"
"...Disini, Sensei,"
Selayaknya merapal mantra, tiba-tiba sudah ada dua lengan yang memeluk pundak Sai dari belakang.
Rambut Ino yang kuning keemasan melingkupi satu sisi wajah Sai layaknya sebuah tirai emas. Kakashi melihat Ino meletakan dagunya di atas puncak kepala Sai, menyamankan dirinya disana dengan menghela nafas kecil. Senyum simpul lantas tersungging di bibirnya yang terpoles lipstik merah muda. Sementara tangan Sai secara otomatis merambat untuk balas memeluk dekapan Ino di pundaknya.
Kakashi yang mengamati pasangan itu diam-diam tersenyum dari balik mulut gelas sake yang ia angkat ke bibir. Harus Kakashi akui bahwa Sai and Ino adalah pasangan paling attractive, baik scara dinamik maupun visual dari generasi Naruto dan kawan kawan. Ditambah lagi bagaimana mereka tanpa segan mengekspresikan afeksi mereka satu sama lain, bahkan meski berada di ruang publik, seperti saat ini.
Apalagi saat ini mereka sama-sama mabuk, semakin berani saja rupanya. Meski Ino masih tampak sober ketimbang Sai yang sudah jelas tipsy.
Mereka berdua itu dikenal sebagai pasangan tak tahu malu. Selama Kakashi mengamati, suami istri Yamanaka itu memang di beberapa kesempatan suka mengumbar PDA daripada pasangan-pasangan lain yang cenderung konservatif.
Well, meskipun beberapa kali Ino akan berakhir menjadi seonggok kepiting rebus karena perlakuan Sai yang suka tak terduga.
Berbanding terbalik dengan sang istri yang sudah merona bukan kepalang, Sai biasanya akan tampak kalem kalem saja. Tersenyum seperti biasa. Air mukanya tampak seperti bocah polos tak tahu apa-apa.
Walau Kakashi jelas tahu benar, Sai yang sekarang bukanlah Sai yang dulu.
Dia sudah bukan Sai yang tak mengerti emosi orang-orang disekitarnya. Dia sudah jauh berevolusi maju. Kakashi tentu bangga dan senang semua murid-muridnya berhasil menemukan akhir bahagia mereka sekarang.
Pria baya itu melihat bagaimana Ino lantas mendudukan diri tepat di samping Sai. Jarak diantara mereka seolah benar-benar tak ada, menempel rapat seperti perangko yang tak mau lepas. Melihatnya, Kakashi mendengus geli dalam hati.
"Sensei, aku punya sesuatu untukmu," panggil Sai dengan nada yang masih sama, kekanak-kanakan Ino disisinya hanya bisa terkekeh gemas.
Sai berusaha bangkit berdiri untuk mengambil teko keramik yang ada di tengah meja. Mungkin saking antusiasnya, ia kurang ambil ancang-ancang sehingga tubuhnya hampir saja oleng, kalau tidak buru-buru disangga oleh Ino.
Hmmm, sungguh Kakashi tak menyangka bahwa Ino lah yang mengurus Sai ketika mereka pergi minum-minum begini. Selama ini, Ino lah yang justru biasa berakhir mabuk sepuas hati, sedang Sai sebagai suami yang baik, bertugas membantu dan mendampingi.
Sekarang posisinya terbalik.
Sai yang tak seperti biasanya. Bertingkah seperti anak kecil, antusias, agak hyper dan manja. Ini sungguh pemandangan langka. Dan ini seolah jadi hiburan tersendiri untuk Kakashi.
Memang sih, dulu para anggota ANBU dilarang untuk mengkonsumsi alkohol agar mereka tetap sadar 100% setiap waktu sehingga mereka tidak mudah lengah. Tapi sekarang regulasi sudah berubah, demokrasi semakin lantang, dan Sai akhirnya mulai membiarkan dirinya lepas. Perlahan demi perlahan.
"Sensei," panggil Sai untuk merebut atensi, "Coba cicipi brewed sake dari Nami no Kuni ini. Ini enak sekali!" tawar Sai dengan nada menggebu sembari menyerahkan secangkir brewed sake. Kakashi pun menerima dengan senang hati, lalu diteguknya sekali jadi, membuat Sai senang bukan main. Persis seperti bocah yang selalu senang ketika berhasil mendapat atensi orang dewasa.
Obrolan pun berlanjut kesana kemari diantara para kolega yang berkumpul, membagi canda tawa dan nostalgia. Bersulang untuk masa depan yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.
Di antara riuh yang ada, Kakashi kadang masih suka mencuri lihat ke arah pasangan di sampingnya. Bagaimana mereka duduk menempel rapat. Bagaimana Sai menyandar pada Ino—atau sebaliknya.
Bagaimana Sai yang berada di bawah pengaruh alkohol membagi afeksinya dengan Ino. Membiarkan dirinya bebas, tak memikirkan tampilan stoic yang biasa ia jadikan persona ketika dia bekerja.
Bagaimana dia membiarkan dirinya lepas ketika ia berada di sekitar Ino.
Kakashi melihat bagaimana Sai kini tengah melingkupi pinggang Ino dengan kedua lengannya, dengan kepala yang beristirahat di sisi leher dan ujung hidung yang menempel pada permukaan kulit collarbone sang nyonya Yamanaka. Sedang Ino yang sama sekali merasa tak keberatan, melarikan tangannya di rambut suaminya yang sehitam jelaga. Membiarkan jarinya melakukan gerakan menyisir secara ritmis, hingga membuat Sai memejamkan mata dalam damainya.
Sai dan Ino yang seolah punya semesta pribadi. Menolak melepaskan dekap satu sama lain.
Pasangan yang mengumbar PDA itu tak luput dari perhatian beberapa orang, tak terkecuali Kiba. Sang ninja anjing itu lantas keranjingan menggoda— "Ya beginilah kalau dunia selasa milik berdua sementara yang lain ngontrak. Awww malu banget—" Kiba baru benar-benar terdiam saat Karui melempar jidatnya dengan tutup sake.
Obrolan pun terus berlanjut, bertukar cerita tanpa henti diselingi oleh cawan-cawan sake yang segera tandas dari waktu ke waktu. Memori, histori, dan harapan yang terlontar dalam narasi.
Sampai suatu ketika akhirnya suasana menjadi agak hening, hanya diisi oleh suara denting-denting gelas dan piring, sesekali dengan isapan-isapan rokok yang memenuhi. Semua terasa normal. Seperti biasa.
Namun tiba-tiba saja terdengar suara yang jaraknya dekat dari tempat Kakashi duduk, memanggil—
.
"—Baby?"
.
Beberapa orang disana serentak menghentikan aktivitas mereka untuk mencari sumber suara yang baru saja terdendang itu.
Suara yang mana tak lain dan tak bukan berasal dari—
.
—Sai.
.
Iya. Sai.
Sai yang ituuu.
.
Sai yang biasanya selalu muncul dengan aura tenang dan ekspresi datar di wajahnya.
Sai yang kini juga tengah menatap Ino dengan kesungguhan luar biasa.
.
Terus tadi Sai panggil Ino apa?
...B-baby?
.
Layaknya slow motion, Ino yang dijadikan tempat sandaran oleh lelaki itu menoleh dengan wajah memerah, entah karena dia sedang merona malu, atau karena efek alkohol—atau mungkin keduanya.
Oh. Kakashi tak tahu Sai menggunakan pet names untuk Ino. Yah, Kakashi tahu Sai sebenarnya punya bakat smooth-talker meskipun ia punya permasalahan dalam inhibit emosi. Kalau saja Sai tumbuh dengan normal dan tidak mendapatkan conditioning represi emosi dari Danzo, Kakashi cukup yakin Sai akan jadi penggoda wanita yang ulung.
Well, ia pernah dengar beberapa kali jika Sai memiliki panggilan khusus untuk istrinya itu. Nona cantik. Ya, itu saja yang pernah ia dengar di ruang publik.
Kalau Kakashi tidak salah dengar dari Sakura dan Naruto, panggilan itu sudah Sai sematkan untuk anak gadis mendiang Inoichi itu semenjak mereka bertemu pertama kali di kedai Yakiniku.
Panggilan itu cukup sering Sai gunakan untuk memanggil sang istri, terlebih di saat saat genting seperti saat Ino marah, misalnya.
Tapi selain Nona Cantik? Kakashi tak pernah mendengar Sai menyebut Ino dengan pet names lain.
Dan jika memang Sai menggunakan pet names untuk Ino—Kakashi berani bertaruh itupun pasti hasil dari didikan Ino juga.
Hmm ini menarik.
Kakashi pun iseng mengedarkan pandang. Ia bisa melihat beberapa wajah disana yang menaruh atensi kepada pasangan itu, tampak terkejut bukan main-Sakura dan Kiba melongo, Shikamaru sampai harus menghentikan isapan rokoknya, Chouji berhenti menyendok makanannya, sementara Karui dan Temari memilih mendengus geli. Sedang Rock Lee memekik, "Yo! Nafsu masa muda yang membara, maaaaaan!"
"Eum... ya, kau mau apa, Sai?" tanya Ino dengan nada setenang air, memiringkan kepalanya untuk menelisik lebih jelas ekspektasi yang terpancar di wajah sang suami.
"Baby..." panggil Sai sekali lagi. Perasaan Kakashi saja atau bukan, tapi apakah nadanya terdengar lebih err... manja?
Ugh.
Kakashi bisa melihat Sai menegakan tubuhnya, ekspresinya tampak begitu serius. Sorot matanya bersungguh-sungguh, penuh determinasi. Seperti ia tengah diberi misi terpenting dalam hidupnya detik itu juga.
Sai yang mabuk benar-benar seperti punya kepribadian lain. Clingy, cute, seperti layaknya anak-anak yang ingin diperhatikan dan diberi belai kasih sayang. Mungkin akibat kendali alam bawah sadarnya yang dulu sempat merepresi kebutuhan masa kecilnya karena training keras dari Danzo Begitu mekanisme pertahanannya gugur, terlebih karena pengaruh alkohol, naluri Sai bisa dengan bebas muncul ke permukaan.
"Ino," Kakashi mendengar Sai memanggil sekali lagi. Oke, sekarang apa yang akan dilakukannya setelah ini? batin Kakashi geli.
Ia melihat bagaimana Sai lalu mengangkat satu tangannya, menggeser wajahnya lebih dekat ke Ino, sembari mengetuk-ngetuk pipi kanannya dengan telunjuk. Ia pun berkata, dengan suaranya yang mendayu dan bibir mengerucut lucu,
.
"...Chu?"
.
H-ha?
—apa maksudnya chu—
oh.
Kissu. Cium.
.
Dia mau minta cium.
.
Ino seketika berakhir memerah sempurna.
Kiba dan Chouji tersedak.
Shikamaru mendengus.
Sakura memekik.
Sasuke berkedip.
Shino menghela nafas.
Sedang Temari dan Karui tertawa laknat dari seberang.
Sementara Kakashi... well, Kakashi hanya bisa merasakan rahangnya seolah jatuh melorot ke tanah—dari balik maskernya, tentu saja.
.
Sai, si ketua ANBU yang terkenal berwajah datar meminta cium di pipi dengan nada kawaii begitu?
Oh Ya Tuhan.
.
Sementara sang nyonya Yamanaka yang masih sober makin bersemu delima di tempat duduknya. Ia bahkan sampai harus menutupi wajahnya yang hangat dengan telapak tangan. Tentu ia masih sadar akan realita bahwa teman-teman dan Sensei-nya tengah memandangi ia dan suaminya dengan raut wajah geli, sekaligus terhibur.
Kiba yang juga sedari tadi getol menggodai pasangan itu pun girang bukan main, maka ia pun menyoraki, "Kasian lho daritadi daddy minta cium," ia mengedipkan mata, "...Ino baby,"
Meniru Karui, Ino sontak melempar tutup botol sake ke arah Kiba yang justru makin tertawa terbahak Dengan wajah yang masih bersemu pekat seluruhnya, wanita itu pun mendeklarasi, "Aku pulang duluan. Jaa!"
Wanita pirang itu lantas berdiri. Ia mengalungkan satu lengan Sai di bahunya, kemudian membawa Sai untuk ikut bangkit berdiri dengan menopang sebagian beban tubuhnya. Uh oh, Ino kuat juga ternyata.
Ketika pasangan itu melewati pintu bar, Kiba kembali berseru lantang, "Jangan lupa berikan malam yang menakjubkan, Ino baby!"
"Tutup mulutmu, Kiba!"
Kiba terkekeh, kemudian berkelakar kepada mereka yang masih betah ngendon disana, "Aku akan menggoda Sai habis-habisan besok pagi di kantor," karena kebetulan mereka berada di bawah divisi Keamanan, Kiba sebagai Kepala Kepolisian dan Sai sebagai Direktur ANBU.
Kakashi menyeringai tipis dari balik maskernya, menyetujui ucapan Kiba dalam diam.
.
Oh tentu saja. Kakashi tidak akan membiarkan mantan muridnya yang stoic itu melupakan malam ini.
Kakashi pastikan itu.
fin.