Reverse1999 Lucy x Fem! Reader AU

重返未来:1999 | Reverse: 1999 (Video Game)
F/F
G
Reverse1999 Lucy x Fem! Reader AU
Summary
Yah, akhirnya pekerjaanku success karena dibantu Lucy.

Kepalaku jatuh ke belakang, menengadah ke langit-langit. Kursi yang kutumpangi berderit pelan saat aku mencoba mengendurkan punggung yang sudah lama tertancap ke sandaran. Mataku terpejam, nafas berat meluncur dari bibirku. "Kok error lagi sih..." gumamku, penuh rasa frustasi.

Beberapa detik berlalu, dan akhirnya aku menyerah pada keinginan untuk mengeluh lebih lama. Tubuhku tegak kembali, jemariku menari di atas keyboard, mencoba lagi memperbaiki file yang terus-terusan memberiku pesan error. Tangan kananku menggenggam mouse, menggeser-geser pointer dengan sisa konsentrasi yang mulai rapuh.

Tapi, sebelum aku sempat mencoba satu langkah lagi, suara lembut namun penuh wibawa memecah kesunyian di belakangku. "Sepertinya Nona kesusahan dengan pekerjaan itu. Saya dapat membantu menyelesaikannya."

Refleks, aku menoleh ke samping, kaget mendengar suara itu. Jantungku seperti terhenti sesaat, lalu mendadak berpacu lebih cepat saat aku menyadari siapa yang berdiri di sana. Lucy. Dia berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk, wajahnya kini hanya berjarak dua senti dari wajahku. Dua senti. Aku nyaris kehilangan napas.

("Lucy?!") pikirku, panik bercampur sesuatu yang lain — hangat di pipiku, seperti bara yang menjalar perlahan.

Lucy hanya tersenyum tipis, seolah tidak menyadari betapa kacaunya aku sekarang. Dengan tenang, dia meletakkan tangan kirinya di pundakku. Sentuhannya ringan, tapi cukup untuk membuat aku semakin tegang. Lalu, tangan kanannya bergerak, menggenggam tanganku yang masih memegang mouse. Jemarinya yang dingin membungkus tanganku, dan dengan lembut, dia menggerakkan mouse bersamaku.

"Ah, seperti itu... berhasil," kataku setelah beberapa klik sederhana. Mataku terpaku ke layar, melihat tulisan success yang kini memenuhi monitor. Aku menahan napas, mencoba mengabaikan detak jantungku yang terdengar seperti genderang perang di telingaku.

"Benar juga, sepertinya aku melewatkan beberapa kesalahan kecil. Terima kasih, Lucy, berkatmu aku bisa menyelesaikan pekerjaan ini," ucapku dengan senyum kecil, mencoba menyembunyikan rasa maluku.

Lucy menatapku sejenak, senyum tipisnya berubah menjadi sesuatu yang lebih hangat. "Tentu, Nona. Saya bisa membantu Nona kapan saja," jawabnya, nada suaranya tetap tenang tapi penuh keyakinan. Dia melepas genggamannya perlahan, membuat tanganku terasa lebih dingin tanpa kehadirannya.

"Kalau begitu, saya lanjut berpatroli. Sampai jumpa, Nona." Lucy berbalik, langkahnya anggun seperti biasa. Mataku mengikuti punggungnya yang semakin menjauh, siluetnya terasa begitu sempurna di bawah cahaya redup ruangan ini.

Aku menghela napas lagi, kali ini dengan perasaan campur aduk. "Cantik banget," gumamku pelan, terlalu kecil untuk siapa pun mendengarnya. Senyumku muncul tanpa bisa kutahan. "Aku akan mengajaknya kencan lain kali... tapi, aku tidak tahu harus mulai dari mana. Haha, konyol sekali diriku ini."