Kencan Impiannya Enid

Wednesday (TV 2022) Addams Family - All Media Types
F/F
G
Kencan Impiannya Enid
Summary
"Aku tidak mau kamu salah paham Enid, aku menikmati hari ini, sama seperti yang kamu rasakan” Enid tidak bisa menahan senyum mendengar konfirmasi dan ulasan Wednesday mengenai kencannya.AliasEnid ngajak Wednesday pacaran jam setengah 6 pagi.

Dari semalem Enid nggak bisa tidur, jantungnya berdegup kencang nggak sabar dan kantuknya nggak kunjung datang, sempat ada beberapa waktu Enid terlelap namun ketika terbangun kembali pikirannya berantakan lagi.

Karena hari yang Enid tunggu akhirnya datang, akhir pekan yang ia nantikan datang. Setelah memohon berulang kali, si pacar menyerah dan mengabulkan permintaan Enid untuk merencanakan kencan akhir pekan mereka. Namun berbeda dengan biasanya, kali ini Enid datang dengan suatu rencana dan Wednesday tidak boleh protes soal apa yang nanti akan mereka lakukan, tidak boleh kabur atau bahkan pura-pura meninggal. Enid sangat menunggu datangnya hari ini meski Wednesday tahu bagaimana kencan ini akan berjalan, kacau.

Bahkan dari seberang ruangan Wednesday bisa mendengar degup jantung Enid, gerakannya ke sana kemari di tempat tidur dan Wednesday yakin kini seprainya itu sudah berbentuk nggak karuan, dalam diam Wednesday menghela napas, apakah sebegitu senang pacarnya menunggu momen ini? Ia tidak pernah mengerti.

Beberapa waktu kemudian bunyi alarm terdengar dari sisi ruangan paling berwarna dan berbeda dengan hari biasa bunyinya tidak sampai pada bagian ‘urin woo woo mannage doel geoya on the woo woo on the love trail’ alarm itu hanya bertahan sampai bagian awal lagu ‘are you ready?’ dan Enid lebih dari siap untuk menyambut hari ini.

“Aku sudah bangun Enid” Sebelum Enid menyapa gadisnya untuk bangun, Wednesday sudah menyapanya terebih dulu dengan nada dingin tanpa indikasi suara orang baru bangun tidur.

Dengan langkah girang Enid berjalan menuju sisi kamar, senyumnya tidak luntur kontras dengan ekspresi Wednesday melihat ke arahnya.

“ayo bangun dan bersiap untuk kencan hari ini!” tangan Enid menarik Wednesday untuk segera turun dari tempat tidur, dengan pasrah Wednesday hanya menurut.

“ini masih jam setengah 6 pagi Enid, orang gila mana pacaran jam setengah 6 pagi” Wednesday menggerutu.

“Aku dan kamu orang gilanya” Enid menunjuk diri sendiri kemudian Wednesday.

“Aku suka gila kalau kencan kita dimulai dengan membangunkan seluruh sekolah dengan kebakaran” Wednesday memberi saran, menghindari apapun yang Enid rencanakan.

“nggak ada kocak, kita nggak akan ngelakuin kekerasan direncana yang udah aku buat” Enid tersenyum dan mengulurkan tangannya.

“sekarang ayo menyelinap ke dapur buat bikin sarapan” dan uluran tangan Enid selalu disambut untuk Wednesday genggam.

 

~

 

Suasana dapur akhir pekan sangat berbeda dengan hari mereka masuk sekolah, tidak ada staff yang memasak untuk sarapan semua murid, tidak ada antrian panjang murid untuk sarapan, yang ada hanya ruangan dengan meja-meja kantin kosong dan dapur dengan segala peralatan yang tidak satupun orang menggunakan, terima kasih pada Thing yang bisa membuka pintu tempat kencan pertama mereka hari ini.

“Mie instan? Kamu mau aku sarapan pakai mie instan?” tanya Wednesday setelah melihat Enid mengambil dua bungkus mie dari salah satu kabinet yang entah mengapa ada mie instan di sana.

“mmm!” jawab Enid sembari menyiapkan air dalam panci, lengan flanelnya lupa ia gulung.

“Gowon pernah bilang mie instan buatan Yeojin enak terus dia nulis resep dan cara masaknya diFab minggu lalu” Wednesday menarik tangan Enid setelah ia menyalakan kompor, kemudian ia menggulung flanel yang Enid gunakan meski di dalam kepalanya Wednesday tidak mengerti siapa itu Gowon atau Yeojin atau apa itu Fab, Enid hanya tersenyum karena perhatian sang pacar.

“nggak ada yang salah sama mie instan buat sarapan apa lagi cuacanya mendung” kemudian Enid kembali memasak tanpa Wednesday mengganggu aktivitasnya.

“jadi apa yang spesial dari mie instan buatan Yeojin ini?” Wednesday memulai obrolan mengisi kosongnya ruangan, diam-diam Wednesday tahu jenis obrolan apa yang membuat pacarnya senang, sederhana dengan tertarik dengan apa ia suka. Karena ketika Enid penasaran tentang apa yang ia bicarakan, hal itu juga membuatnya senang.

“Oh, dia nabahin sedikit cabe, kecap manis, penyedap rasa dan ngaduk telurnya sampe hancur, jadi telurnya nyampur sama kuah dan bikin kuahnya lebih kental” Enid menjawab pertanyaan Wednesday sambil mengaduk telur setelah memecahkannya.

“tapi kenapa nambah kecap manis? Aku tahu kamu suka manis tapi nggak semua makanan kamu bikin manis Enid” Wednesday agak asing dengan mie rebus + kecap manis.

“emang bikin sedikit lebih manis tapi nggak akan ngilangin pedes sama asinnya kok tenang aja” setelah dirasa matang Enid mematikan kompor dan membawa panci ke tempat mereka akan duduk, Wednesday dengan mangkuk serta sumpit dan sendok mengikuti di belakang. Wednesday tau kebiasaan Enid makan mie instan pake panci, hal yang ia petik dari drama korea yang sering ia tonton.

Dengan senyum bangga Enid menunjukan hasil masakannya dan mengambil porsi untuk si pacar dan dirinya sendiri.

“Cobain” ucap Enid setelah menaruh mangkuknya di depan Wednesday, menunggu reaksi untuk suapan pertama. Meski ingin sekali Wednesday menambahkan sedikit arsenik dalam mangkuknya untuk tetap merasakan rasa yang familiar, Wednesday urung melakukan itu dan mencoba masakan sang pacar apa adanya.

“ini bisa dimakan, aku hargai” respon Wednesday setelah menelan suapan pertama dan Enid makin tersenyum.

“oke selamat makan!” kemudian mereka menikmati sarapan ditemani gerimis di luar jendela yang mulai turun.

Wednesday pikir ini awal yang tidak terlalu buruk untuk menghabiskan hari dengan Enid berserta rencana kencannya. Dinginnya pagi karena hujan, Thing memandang ke jendela, satu panci mie instan, dan Enid membuat ini tidak terlalu buruk.

 

~

 

“mau ke mana kita sekarang?” tanya Wednesday setelah bersiap dengan outfit yang Enid suruh untuk kenakan. Jeans hitam selutut, kaos hitam dengan ilustrasi kucing serta jaket hitam, Enid pernah menyuruhnya untuk menambah variasi dalam pilihan outfit dan ini lah salah satu yang pacarnya itu pilih.

“sebentar, topi, aku lupa topi” ucap Enid sambil sibuk dengan outfitnya yang belum lengkap. Jeans biru selutut, sweater pastel, dan topi baseball dengan warna yang senada ditambah tas punggung yang Wendesday tidak tahu isinya.

“wow pacar siapa ini keren banget” puji Enid akhirnya setelah melihat Wednesday dengan pilihan outfit yang ia sarankan (dan wajib dituruti), Wednesday hanya memutar mata malas.

“sebentar lagi aku lupa” Enid sadar setelah melihat ada yang kurang pada kaki mereka, segera ia mengambil cover boots untuk melindungi sepatu dari hujan, hitam untuk Wednesday dan merah muda untuk dirinya.

Agenda Enid sekarang adalah berjalan di tengah gerimis di bawah payung yang sama dengan Wednesday, Enid harap gerimis tidak berubah menjadi badai. Dan perlengkapan untuk melakukan hal itu tentu saja payung yang cukup besar untuk melindungi mereka, cover boots untuk masing – masing yang sudah terpasang, serta jas hujan yang masih digantung pada gantungan dekat pintu.

“apakah kita akan mengali kubur ditengah badai?” tanya Wednesday setelah memakai jas hujan hitam yang diberi Enid dan mereka siap berangkat.

“ngawur, nggak ada yang serem-serem dilist kencan impiannya Enid” sekarang mereka menuju gerbang Nevermore dan berjalan ke Jericho melewati jalan pintas dari hutan.

Satu tangan Enid merangkul pundak Wednesday setelah mendapat izin dan tangan yang lain memegang payung. Mereka berdua jalan perlahan.

“kedai es krim favoritku buka cabang di Jericho kamis lalu, jadi dibanding ke Weathervane terus-terusan mending kita makan es krim. Rasa vanilanya enak banget sumpah kamu harus nyobain” Wednesday melihat mata Enid berbinar ketika membicarakan es krim kesukaannya, kencan impian Enid memang tidak akan jauh dari sesuatu yang manis.

“lalu mengapa kita harus berjalan melewati hujan sedangkan bus sekolah masih beroperasi?” Wednesday tidak mengerti mengapa Enid sangat tidak efisien untuk mencapai tujuannya, berjalan di tengah hutan dengan tampilan seperti ini lebih cocok untuk berburu binatang buas atau menggali kubur orang mati.

“astaga Wednesday, jalan berdua di bawah payung kayak gini itu romantis, kita bisa lebih banyak ngobrol, aroma tanah ketemu air hujan juga enak, kita bisa denger suara burung, burung perkutut, terus-“

“kau bisa menjadikan hujan sebagai alasan untuk merangkul pundakku” sebelum penjelasan Enid selesai tentang begitu serunya mereka saat ini, Wednesday terlebih dulu memotong omongannya.

Enid ketahuan, berjalan dibawah satu payung memang sangat memungkinkan Enid bisa merangkul pundak, namun apakah berlebihan jika Enid ingin berada dekat dengan pacarnya terlebih melindungi dia dari hujan? Enid takut bahasa kasihnya membuat si pacar nggak nyaman.

“kamu nggak suka?” Enid bertanya dan melepas rankulannya, meski ia sangat ingin berada dekat dengan Wednesday, hal terakhir yang Enid inginkan dari kencannya adalah membuat Wednesday merasa tidak nyaman.

“tidak Enid, kamu harusnya bilang saja jika ingin memelukku atau mungkin menciumku, bilang saja tanpa menggunakan alasan lain, aku pacarmu sekarang” mendengar perkataan Wednesday Enid otomatis berhenti berjalan, degup jantungnya terdengar lebih cepat dari gerimis hujan yang turun, sementara Wednesday memasang wajah datar biasa seperti tidak pernah melontarkan kata kata paling indah di telinga Enid.

Bagi Enid kata-kata barusan lebih dari konfirmasi Wednesday sudah menerima love languagenya, lebih dari kata manis yang orang pacaran biasa ungkapkan, kata-kata itu berarti Wednesday Addams manusia nir perasaan kini membuka hatinya dan mulai menunjukan lebih banyak emosi, Enid mendengar hal ini merasa lebih dari beruntung menjadi orang yang bisa menyaksikan perubahan Wednesday Addams. Tidak sadar air matanya menetes karena terlalu senang.

“mengapa kau menangis?” Enid hanya bisa tersenyum sambil mengusap air matanya, Wednesday Addams memang perlu banyak berlajar untuk memahami emosi untuk tahu Enid menangis karena bahagia.

“aku sayang kamu stress” Enid terkekeh, kemudian mengecup tangan yang sekarang ia genggam.

“ayo jalan lagi kita makan es krim” mereka melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan menuju Jericho mereka banyak mengobrol, terutama tentang keluarga Addams karena Enid penasaran dan tidak akan mendapatkan cerita tentang mereka dibuku creature mana pun. Maka Enid banyak bertanya kepada sumber paling terpercaya bagaimana sosok ibu dan ayahnya, bagaimana adiknya Pugsley dan bahkan Enid baru mengetahui adiknya yang lain bernama Pubert.

Karena tidak pernah bertemu dengan Pubert saat minggu orang tua dan Wednesday tidak pernah membicarakannya membuat Enid kaget, ternyata pacarnya memiliki seorang adik bayi. Enid tidak pernah membayangkan bagaimana Wednesday bermain dengan Pubert, meski dalam ceritanya dia dan Pugsley sering melakukan hal berbahanya yang bagi mereka itu adalah permainan. Wednesday dan Pubert pasti menggemaskan saat bersama.

Dari pembicaraannya Enid juga jadi tahu kalau Wednesday pernah memiliki teman di New Jersey sebelum akhirnya dia pindah ke kota lain, penjelasan lebih jauh tentang mengapa Morticia Addams menyukai tanaman karnivora atau hal yang membuat Wednesday kesal padanya, mengapa Pugsley lebih menyukai ledakan dibanding pertarungan pedang juga caranya menyiksa Pugsley dalam berbagai permainan saat mereka kecil, Enid juga tahu cerita mengenai supir keluarga Addams Lurch yang ternyata pandai bermain piano, juga bagaimana menjijikannya ayah dan ibu Wednesday dalam menampilkan kasih sayang yang terlalu dipublikasi dan semua panggilan sayang mereka berdua.

Mendengar cerita itu Enid merasa bersyukur karena Wednesday tumbuh dalam keluarga yang mencintainya dan bagaimana Wednesday juga mencintai mereka dengan bahasanya sendiri. Enid sekarang mengerti kenapa Wednesday Addams sangat mudah untuk dicintai.

Dari banyaknya cerita mereka tidak sadar sudah sampai di Jericho.

 

~

 

Jericho akhir pekan kalau tidak sedang hujan akan lebih ramai dengan para Outcast dari Nevermore melepas penat, namun karena cuaca terus mendung disertai hujan dari awal pagi membuat rencana pergi mereka urung.

Berbeda dengan pasangan muda mudi yang memang sengaja mencari cuaca hujan, sengaja melewati hutan untuk jalan berdua dibawah satu nanungan, berbeda juga dengan pasangan muda mudi yang berteduh di depan toko yang tutup sambil kedinginan juga bertengkar. Enid dan Wednesday bertemu dengan pasangan aneh Yoko dan Divina.

“Yoko, Div! lo pada ngapain?” tanya Enid sedikit berteriak melihat dua temannya itu bertengkar di tempat umum. Mendengar suara sobatnya, Enid, keduanya menoleh dan berhenti bertengkar.

“Pacaran” jawab Divina ketus.

“Tapi Yoko TanBaka ini ngga bawa duit!” lanjutnya lagi sambil memaki si pacar, Enid tau arti Baka adalah Bodoh dari Yoko yang penggemar Anime One Piece, katanya orang – orang harus nonton 1000+ eps untuk melihat hot nya Nico Robin dan Nami.

“kamu sendiri kenapa nggak bawa uang sayang?? Kan aku lupa dompetnya bukan dijaket yang ini” Yoko masih berusaha sabar, pacarnya itu memang tidak bisa dilawan dengan marah yang sama.

“kamu tuh harus dibilangin berapa kali sih duitnya kemaren diambil Kent buat judi!” Wednesday sebenarnya tidak mau tahu urusan mereka, namun rupanya Enid sedikit menikmati perdebatan dua temannya itu jadi Wednesday hanya bisa diam melihat Enid menahan tawa.

“Enid lu nggak supotif anjir malah ketawa” Yoko menyadari temannya itu sedikit bangsat dengan ngakak in silent mode, kemudian Enid tidak bisa menahan tawanya lebih lama.

“pffft! Hahaha adik lu masih aja biadab Div!” Enid tertawa mengingat kebiasaan Kent yang belum berubah, suka judi bola bareng Ajax dan teman mereka yang lain padahal selalu kalah dan bawa bencana buat Divina.

“tai ah lu” ucap Yoko yang kemudian mendapat tatapan dari Wednesday, Divina dari samping menggelengkan kepala, dalam hatinya berkata ‘cari penyakit sih lu mampus’.

“huh sorry sorry habis kalian kocak banget huh” ucap Enid sambil mengatur tawanya, pasangan dengan derita kemiskinan di depannya ini memang penuh canda tawa. Menurut Enid Yoko si vampir harus jujur soal umurnya karena penyakit lupanya itu nggak lagi bisa disangkal.

“kita double date aja lah kalo gitu” saran Yoko untuk mengatasi masalahnya itu, biar pacarannya tetep jalan, biar Divina nggak marah – marah lagi.

Tapi tentu Enid dan Wednesday yang sedari tadi diam langsung tidak setuju dengan gagasan itu, Enid tidak mau rencana kencannya berubah bencana, sedangkan Wednesday belum siap afeksinya kepada si serigala diumumkan di depan publik. Pendiriannya tetap berpegang teguh untuk tidak menjadi ibu dan ayahnya meski sudah punya pacar.

“mending gw tf duit terus kalian jauh – jauh deh jangan ganggu kita pacaran, tapi minjem ya itu bukan santunan orang ga mampu” Enid menyarankan solusi lain dan terbaik agar kencannya bersama ayang tetap berjalan.

“kalian ngedate? pake jas hujan?” Yoko masih sempat komentar dan nggak sadar Wednesday masih natap dia.

“lo tau anak ini terlalu tua untuk nyimpen duit pake teknologi” Divina menghela napas pacaran dengan vampir membuatnya sering ketinggalan jaman.

“ya ke akun lo Div?” Enid bingung kenapa juga dia harus kirim uang ke Yoko, Enid sangat amat sadar sobatnya itu gaptek.

“Jangan! Kent tau pinnya bisa-bisa duit dari lo diambil juga sama dia” Enid nggak paham lagi cara mereka bertahan hidup, satu sering lupa dompet, yang satu berbagi darah dengan penjudi yang tau pin akunnya.

“Cash aja si” Yoko masih cari jalan.

“duit gw didompet cuma ada 20 dolar ya kocak! dari tadi kalo ada segepok juga udah gw kasih” Enid jadi kesel pengen buru – buru ngancir.

“Udah” Wednesday yang kali ini angkat bicara, kemudian mengeluarkan dompet dari saku jaketnya di dalam jas hujan.

“oh ternyata pacar gw yang punya duit segepok” Enid melihat isi dompet Wednesday yang sangat berisi, dari sana ia jadi sadar kalau Wednesday juga tidak menyimpan uang menggunakan teknologi. Hampir 10 lembar 20 dolar diberikan sebelum Enid menahannya.

“ehh, kebanyakan ih” Yoko dan Divina yang melihat kelakuan Enid Cuma merengut, emang temen medit padahal pacarnya anak jutawan. Uang 10 lembar Enid ambil 5 kemudian ia taruh kembali didompet Wednesday sebelum menyerahkan 5 sisanya pada kaum duafa.

“nggak usah jajan banyak – banyak lo tuh, duit dapet dikasih juga” Enid tahu kalau Wednesday tidak akan menagih uang yang dia berikan, namun jika ia menagih yang lain seperti nyawa Enid baru takut, untuk itu harusnya mereka berdua berterima kasih pada si pengertian dan baik hati Enid.

“terus jangan pacaran di kedai es krim yang baru buka ya! Kita mau ke sana jadi jangan ganggu” peringat Enid sebelum pergi, ia benar – benar tidak mau kecannya jadi rusuh karena teman dengan otak satu sendoknya itu.

“mending kalian pergi ke makam, atau duduk di bawah patung Crackstone atau apapun, selamat tinggal” Wednesday mengucap salam perpisahan sebelum pundaknya kembali dirangkul pacar werewolf.

 

~

 

Enid kembali ke meja di mana Wednesday duduk menunggu dengan dua cone es krim ditanggannya, dua duanya rasa vanila dan mereka duduk berseberangan. Kedai es krim siang itu lumayan sepi pengunjung meski masih dihari-hari awal pembukaan, mungkin orang-orang kurang cocok dengan es krim saat hujan.

“bisa pengang ini sebentar?” Enid menyerahkan satu es krimnya pada Wednesday untuk dipegang sebentar sambil dirinya mencari sesuatu dalam backpack pinknya.

Setelah menemukan apa yang dicari Enid membuka botol dalam genggamannya meski agak kesusahan dan mulai menyemprotkan isi botol tersebut ke permukaan putih es krim, ternyata itu adalah food spray berwarna hitam.

“Enid, kau tahu aku hidup dengan warna putih juga bukan?” Enid berhenti dari kegiatannya.

“oh iya bener juga” Enid sadar dan menyerahkan setengah es krim warna hitamnya itu kepada si pacar dan Wednesday mengembalikan miliknya. Namun sebelum berhasil mencoba makanannya Enid menghentikan Wednesday untuk mengambil foto.

“bentar, bentar difoto dulu ini lucu banget” Wednesday hanya menatapnya datar dan tatapan itu berhasil ditangkap kamera sudah diabadikan, Enid tersenyum lebar melihat hasilnya.

“oke cobain” Enid menyuruh Wednesday sambil mulai memakan miliknya sendiri.

“enak?” tanya Enid merasakan nostalgia yang ditimbul karena rasa dimulutnya.

“berapa banyak es krim yang harus dimakan seseorang agar mereka terkena diabetes? Kemudian kakinya diamputasi karena terluka terpentok meja” Enid terkekeh kecil pada respon sadis pacarnya, kalau tidak salah menterjemahkan dalam bahasanya dan melihat Wednesday masih memakan es krim, itu berarti es krimnya manis dan cukup enak sampai Wednesday tidak membuangnya ke tempat sampah, Enid tersenyum sekali lagi dan Wednesday mengalihkan pandangannya pada pemandangan di balik jendela.

“dulu aku sering makan ini sama bapak, setiap bapak pergi sendiri aku nyelinap ke dalam mobil berakhir kita makan es krim berdua aja” Wednesday menoleh ketika Enid mulai bercerita tentang kenangannya, Wednesday mendengarkan.

“soalnya ibu selalu ngelarang banyak makan manisan, supaya gigi taringku bisa tumbuh sehat katanya” Enid sedikit muram ketika bercerita tentang ibunya. Ternyata sikapnya pada Enid memang sudah begitu sedari dulu.

“Enid, kamu memang bukan anak penurut dari kecil” kedua ujung bibir Wednesday tertarik dan Enid hampir melewatkannya jika ia tidak menatap Wednesday, karena senyum itu tidak bertahan terlalu lama.

“kamu senyum” Enid terkejut tanpa sadar ia mengucap hal itu setelah mengetahui pacarnya itu tersenyum.

“dan kamu punya dimple” yah bagaimana Enid tidak terkejut melihat Wednesday memiliki dimple secantik itu, jiwanya sudah pasti sedang terguncang.

“aku senang kamu sudah menjadi pemberani dari dulu Enid” kemudian senyumnya muncul lagi dan,

Plok

Es krim ditangan Enid terjatuh begitu saja tidak dihiraukan.

“mulai dari sekarang tolong senyum lebih sering ya?” Enid ingin melihat senyum pacarnya lebih banyak meski ia tidak tahu bagaimana caranya dia mengatasi senyum manis Wednesday kalau keseringan .

 

~

 

Langit terihat cerah saat mereka keluar dari kedai, yang artinya mereka tidak memerlukan lagi jas hujan, cover boots dan payung untuk menuju tempat kencan selanjutnya, semua yang mereka kenakan sudah tersimpan rapih di dalam backpack yang dibawa Enid, Wednesday jadi tahu itu lah alasan mengapa Enid mengenakan backpack yang jarang ia pakai.

Untuk melanjutkan perjalanan mereka harus menaiki Uber yang sebelumnya sudah Enid pesan, perjalanannya kurang lebih memakan waktu 20 menit sebelum akhirnya sampai pada sebuah green house besar.

“kenapa kamu memilih tempat ini?” tanya Wednesday sambil melewati pintu masuk, di sekelilingnya terlihat banyak sekali tanaman karnivora dan tampaknya hanya tanaman karnivora yang ada di green house ini.

“aku memikirkan soal ibumu Wednesday” ucap Enid mengungkapkan alasan mereka datang kemari.

“tapi kamu kan kencan denganku” Wednesday buru buru menyela sebelum Enid menjelaskan semuanya.

“Ayangku, dengerin dulu deh” Enid menyukai ketika Wednesday memasang raut bingung di wajahnya, dia benar-benar harus belajar mengartikan makna tersirat.

“ke situ duduk dulu” tangan Enid menarik tangan Wednesday untuk duduk di sebuah kursi taman yang disediakan, tentunya jauh dari jangkauan tanaman di sekitar. Setelah mereka duduk Enid belum melepas genggaman tangannya dan Wednesday tidak masalah akan hal itu.

“jadi, karena aku pacaran sama kamu, jadinya aku mikirin reaksi ibu dan keluarga kamu” Wednesday mendengarkan tanpa menyela apa yang sedang Enid jelaskan.

“aku takut sama reaksi keluarga kamu, langsung, kalo nantinya aku ketemu lagi sama mereka dengan status sekarang kita pacaran. Ya aku tahu kalo mereka pasti nerima hubungan kita karena dia sayang sama kamu, cuma tetep aku takut karena kita berdua beda banget, kamu monokrom aku pelangi, dan reaksi ayah ibu kamu waktu pertama kali datang ke kamar, hari pertama kita ketemu, bikin aku takut kalo aku terlalu pelangi untuk kamu yang hitam putih” sebenarnya Wednesday kurang mengerti dengan apa yang Enid jelaskan, bukan karena Wednesday bodoh tapi itu semua karena Wednesday kurang famliar dengan perasaan dan apa yang Enid rasakan sekarang, ketakukan yang sedang ia bicarakan adalah hal yang harus dan sedang Wednesday pahami meski perlahan.

“aku takut keluarga kamu nggak suka karena aku yang pacaran sama kamu, jadi aku mau usaha supaya mereka tahu aku cukup buat kamu, cukup jadi seseorang yang kamu sayang” mendengar kalimat yang lebih sederhana dengan kata kunci dari perasaan Enid, Wednesday mulai paham apa arti dari semua ini.

Oh, Enid merasa insecure.

Setelah memahami Enid, Wednesday bergerak untuk memeluk tubuh samping gadis itu, membiarkannya untuk beberapa saat sampai Enid bisa membalasnya dengan nyaman, mungkin karena terlalu terkejut Enid sampai bingung, Wednesday Addams tiba-tiba memeluknya terlebih dulu.

“kamu seperti ini sudah cukup untukku Enid” bisik Wednesday dalam pelukannya seperti itu adalah rahasia dan hanya Enid yang boleh tahu.

“kamu tidak perlu menjadi siapapun untuk disukai orang lain terutama keluargaku” Enid mengeratkan pelukannya karena hampir menangis.

“cukup ibumu yang menuntut ini itu, Aku suka Enid yang apa adanya” dan untuk yang kedua kali di hari ini Wednesday Addams membuat Enid menangis.

Wednesday menjadi orang pertama yang menerima Enid, sejak hari pertama mereka bertemu, setelah obrolan pertama mereka di balkon waktu itu, Wednesday menjadi orang yang selama ini Enid butuhkan, seseorang yang tidak peduli dengan apa yang Enid lakukan dan membiarkan Enid menjadi apa yang dia mau.

Meski Wednesday membenci warna karena membuat kepalanya pusing tapi Wednesday tidak membenci Enid, meski musik yang biasa Enid dengar bisa membuat telinganya berdarah tapi Wednesday tetap mendengarkan Enid bercerita soal grup kpop yang ia suka.

Wednesday bisa bertahan dengan apa yang bertentangan dengannya hanya kalau Enid yang melakukan.

Setelah cukup menumpahkan emosi dalam air matanya Enid melepas pelukan Wednesday, dia terkekeh karena sekali lagi ia merasa beruntung pacaran dengan Wednesday Addams.

“aku nggak sedih” ucap Enid memberitahu pacarnya takut ia kembali salah tangkap dengan arti tangisnya.

“aku tahu, kamu senang, dua kali kamu melakukannya hari ini” Dengan ibu jarinya Wednesday mengusap sisa tangis Enid.

“mulut kamu habisan manis banget kayak gula biang” Wednesday mengambil tangan Enid untuk digenggam.

“huh” Enid membuang nafasnya lega.

“tapi beneran deh Wens, aku pengen keluarga kamu juga nerima aku, ngebiarin satu corak warna jadi bagian dilukisan Addams yang hitam putih” mendengar lebih banyak soal keluarga Addams Enid jadi ingin merasakan bagaimana tinggal pada keluarga yang selama ini ia impikan, mendapatkan kasih yang setara dengan kasih yang ia beri pada orang lain, tidak lebih tidak kurang.

“aku pengen deket sama mereka, ngobrol soal apa yang mereka suka, bilang ke mereka betapa bersyukurnya aku punya kamu, juga mungkin cari aib kamu waktu kecil” ucapan Enid membuat Wednesday berharap hubungannya bersama Enid akan bertahan lama, karena ia juga memikirkan hal yang sama.

Wednesday ingin Enid tinggal di keluarga yang selama ini menghargainya, menghujaninya dengan cinta sampai Wednesday menjadi muak sendiri, Wednesday ingin Enid kabur dari ibu dan keluarga yang selama ini hanya bisa menuntut dan pergi ke dunia yang selama ini dia tinggali meski kesannya berbeda jauh dengan pelangi milik Enid.

Tapi Wednesday tidak peduli, Enid dan pelanginya bisa berada di mana saja, temasuk di hidup Wednesday yang kelam dan hitam putih.

“Enid, ayo bersiap untuk menunjukan kepintaranmu pada ibuku” Wednesday menarik tangan Enid untuk berdiri, siap untuk memberi tahu segala pengetahuan mengenai seluruh tumbuhan yang ada di green house ini tanpa terkecuali, semoga Enid membawa buku catatan atau merekam segalah hal yang akan Wednesday ucapkan.

Enid menggenggam tangan Wednesday semakin erat.

 

~

 

Enid mengakui jika rencana kencannya memiliki sedikit masalah, tidak ada yang salah selama menghabiskan waktu bersama Wednesday memang, namun makan siang setelah kencan di green house adalah pilihan yang kurang tepat. Karena Enid tidak menyangka kalau berkeliling sambil mendengarkan ilmu pegetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dari Wednesday akan menguras semua tenaganya seperti ini.

“Ayang, aku nggak, kuat, jalan” kata-katanya terjeda karena tenggorokan yang kering butuh air, Enid tidak mengerti bagaimana Wednesday tahan padahal telah berbicara sepanjang itu, kaki Enid sekarang pun mulai lemas kehabisan tenaga dipakai berkeliling.

”kau sendiri yang merencanakan semua ini Enid, jangan mengeluh” Wednesday mulai beberapa langkah menjauh dari Enid berdiri dan Enid memulai langkahnya lagi untuk menyamakan langkah dengan Wednesday.

Ia ingin protes mengapa green house seluas itu harus mereka jelajahi semuanya atau mengapa dalam green house sebesar itu tidak ada orang yang jual makanan, paling tidak tanaman yang bisa dimakan. Tapi niat Enid urung karena terlalu lelah, makan siangnya berubah menjadi makan malam.

Setelah berjalan beberapa meter, tempat makan yang mereka tuju akhirnya terlihat, niat Enid memang sengaja berjalan karena jaraknya tidak terlalu jauh dengan green house, namun setelah petualangannya di sana jarak yang mereka tempuh terasa sangat melelahkan.

Untungnya tempat makan itu masih memiliki bangku kosong meski terlihat ramai, kepala Enid jatuh ke meja segera setelah mereka sampai, napasnya naik turun.

“Enid minum” ucap Wednesday memberikan segelas air setelah seorang pelayan mengantarkan minuman, karena terlalu lelah Enid tidak sadar soda pesanannya sudah datang.

“ya tuhan air” segera Enid menenggak setengah dari gelasnya.

“aku pikir dengan ini kamu akan kapok untuk membuat rencana kencan Enid” mungkin ada baiknya bagi Wednesday membiarkan satu hari pacaran dengan menuruti semua mau Enid agar tidak ada hari menyiksa seperti ini lagi.

“nggak. Kecapean jalan nggak akan bikin aku berhenti pacaran kayak gini lagi Wens, kejadian ini bakal jadi evaluasi” Enid masih bisa tersenyum bangga karena apa yang terjadi masih melebihi ekspektasinya, Enid pikir mungkin ada tempat yang tidak akan mereka kunjungi karena Wednesday memilih adu jotos dengan orang asing dipinggir jalan, tapi ternyata Wednesday bahkan bisa menahan makian sadisnya pada Yoko siang ini yang sempat muncul ditengah hari mereka.

Wednesday menghela napas diam-diam pasrah menjalani takdir dengan pacar serigalanya.

Setelah makan malam masih ada satu tempat yang ingin Enid kunjungi sebelum pulang ke Nevermore, dengan uber mereka menuju tempat itu yang kebetulan dekat dengan halte bus.

Dynamite shop, sebuah toko alat dan bahan berburu termasuk peledak di dalamnya.

“aku tebak setelah ingin mengobrol tentang hal yang ibuku sukai sekarang kau akan mendekati adikku Pusgley” ucap Wednesday dari samping Enid yang sedang melihat macam-macam peledak di sebuah etalase.

“Yup, cara memenangkan hati adik pacarku adalah dengan memberinya hadiah” mata Enid masih melihat – lihat ketika merespon perkataan Wednesday.

”dia suka granat” Wednesday memberi saran karena Enid terlihat bingung melihat semua produk.

“okey aku beli granat yang warnanya black pink!” kata Enid girang karena sudah menentukan pilihan dan meminta petugas untuk membungkusnya dengan perlindungan yang paling aman.

Setelah membeli hal yang Enid butuhkan untuk Pugsley mereka berjalan berdampingan menuju halte bus untuk kembali ke Nevermore, kencannya hari ini segera berakhir.

“lalu apa yang akan kamu lalukan untuk menghadapi ayahku?” tanya Wednesday ketika mereka menunggu bus terakhir datang sambil duduk sebelahan.

“aku jago fencing tau, alasan Bianca sebel sama aku ya gara-gara setelah kamu pergi ke UKS aku orang yang ngalahin dia” ucap Enid bangga menyebutkan satu prestasi lain untuk digunakan sebagai alatnya mendekatkan diri dengan ayah sang pacar.

“aku kalah waktu itu karena aku kurang latihan” ucap Wednesday mengingat hari pahit akan kekalahannya.

“ini aku nggak lagi ngebandingin siapa yang lebih jago loh Wens” Enid berkata sebelum Wednesday salah tangkap dengan maksud perkataannya membawa topik adu fencing waktu itu.

“aku cuma mau bilang kalo mungkin ayah kamu bakal suka sama pacar anaknya karena dia bisa ngelindungin putri yang paling dia sayang ini” tangan Enid bergerak merapihkan poni Wednesday yang sedikit berantakan karena angin.

Wednesday mengerti, ayahnya memang menyukai seni adu pedang, dengan kemampuan Enid mungkin suatu hari mereka bisa mengakrabkan diri lewat duel. Namun hal lain yang Wednesday sadar jika ayahnya pasti akan menyukai Enid karena dia adalah orang yang bisa diandalkan untuk melindungi anak yang dia sayang.

Wednesday tidak memiliki kata-kata lagi untuk menunjukan beruntungnya juga dia pacaran dengan Enid, dari kencannya hari ini Wednesday bisa tahu sebegitu pedulinya Enid dengan hal-hal di sekitar Wednesday termasuk keluarganya, tangannya meraih bekas luka dimuka Enid, bukti hari bersejarah dimana werewolfnya itu melindungi Wednesday tanpa ragu.

Perlahan Wednesday melepas topi yang Enid gunakan dan menarik wajahnya, untuk pertama kali Wednesday Addams mencium Enid terlebih dahulu.

 

~

 

Enid harus membuang muka keluar jendela dan menahan senyumnya selama perjalanan pulang, kencan impiannya berjalan dengan sempurna. Sempurna cuacanya, suasananya, waktunya, sempurna karena Wednesday di sebelahnya.

“aku tidak mau kamu salah paham Enid, aku menikmati hari ini, sama seperti yang kamu rasakan” Enid tidak bisa menahan senyum mendengar konfirmasi dan ulasan Wednesday mengenai kencannya.

“iya, iya tau aku kalo kamu juga seneng” Enid tahu karena Wednesday tidak pernah melepas ngenggaman tangannya seharian ini.